Ahad 03 Sep 2017 12:17 WIB

Ketua GMPG Dipecat, Yorris: Elit Golkar Tidak Belajar dari Masa Lalu

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Bayu Hermawan
 Yorrys Raweyai (tengah)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Yorrys Raweyai (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Koordinator Bidang Polhukam DPP Partai Golkar, Yorrys Raweyai mengatakan, elite partai Golkar tidak kunjung belajar dari masa lalu. Hal tersebut diungkapkan Yorrys setelah kecewa terhadap kebijakan pemecatan ketua Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) Ahmad Doli Kurnia.

"Partai Golkar kembali mengeluarkan kebijakan kontroversial. Generasi muda Partai Golkar (GMPG) yang selama ini terkenal kritis terhadap berbagai kebijakan internal kepartaian justru menuai tindakan pemecatan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Ahad (3/9).

Penggerak GMPG Ahmad Doli Kurnia, lanjut dia, dipecat dari keanggotaan partai yang selama menjadi tempat aktivitas politiknya. Menurut Yorrys, Doli bukanlah nama baru di arena perpolitikan Partai Golkar. Beberapa kurun waktu terakhir, memang kader muda potensial tersebut senantiasa memiliki pandangan dan pemikiran yang tampak berseberangan dengan suara-suara elitis di Partai Golkar.

Terlepas dari perbedaan pandangan politik, Yorrys menjelaskan, aksi pecat-memecat dalam kubu Golkar bukanlah tradisi baru. Akan tetapi, lanjut dia, dinamika yang sedang berlangsung yang digerakkan oleh Doli Kurnia tersebut merupakan upaya bersama untuk mengangkat citra dan martabat partai, menjaga eksistensi hingga menjamin Partai Golkar mampu meraih kejayaan pada masa yang akan datang.

"Bukankah suara-suara GMPG selama ini masih tetap berada dalam koridor kepartaian? Tidakkah aksi-aksi politik GMPG adalah sebentuk kegelisahan kader muda tentang suasana kepartaian yang seakan menutup mata terhadap realitas yang sedang melingkupinya," katanya.

Oleh sebab itu, menurut Yorrys, apa yang dilakukan Doli sebagai wujud kegelisahan seharusnya diberikan ruang. Namun, kegelisahan tersebut menuai penghakiman dari elite Partai Golkar yang sama sekali tidak memberi ruang untuk bersuara dan berpendapat sebagai bagian dari mekanisme demokrasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement