Jumat 01 Sep 2017 20:10 WIB

CCTI Gelar Pertukaran Budaya Indonesia-Jepang

Para peserta Pertukaran Budaya Indonesia-Jepang menikmati kegiatan bersama.
Foto: Dok CCTI
Para peserta Pertukaran Budaya Indonesia-Jepang menikmati kegiatan bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Cross Culture Training Indonesia (CCTI) bekerja sama dengan Hyppo Family Group Jepang mengadakan Pertukaran Budaya Indonesia -Jepang. Program tahunan tersebut berjalan  sejak tahun 1991 dan sudah diikuti ratusan warga Jepang dan ratusan warga Indonesia.

"Dalam setahun program ini berlangsung dua kali. Tanggal 25 hingga 30 Agustus dan 28 Desember hingga 2 Januari setiap tahunnya. Puluhan warga negara Jepang yang dikordinir oleh Hyppo Family berkunjung ke Indonesia. Sementara warga Indonesia yang menjadi peserta pertukaran kebudayaan dikordinir oleh CCTI, berkunjung dan belajar ke berbagai kota di Jepang selama 5-10 hari," papar Wakil Direktur Eksekutif Cross Culture Training Institute Indonesia Eman Sulaeman Nasim di sela acara  pendampingan peserta pertukaran budaya dari Jepang di Lembur Pancawati Ciawi Bogor,  Jawa Barat, Selasa (29/8).

Lebih lanjut dosen Jurusan Pariwisata Program Vokasi Universitas Indonesia (UI) dan Institut STIAMI ini menjelaskan, dalam program ini, warga negara Jepang yang mengikuti peserta pertukaran budaya tinggal selama tiga  hari di rumah warga Indonesia yang secara sukarela bersedia menjadi host family atau bersedia rumahnya diinapi secara cuma-cuma.

“Di rumah warga Indonesia tersebut warga Jepang yang menjadi peserta pertukaran budaya belajar banyak hal tentang budaya dan kebiasaan warga Indonesia. Sedangkan warga Indonesia yang menjadi host family dapat belajar dari kebiasaan orang Jepang mulai dari  soal kebersihan, tutur kata dan kedisiplinan serta budayanya,” tuturnya dalam rilis yang diterim Republika.co.id, Rabu (30/8).

Selama tinggal di rumah penduduk, warga negara Jepang juga berkeliling Jakarta atau kota-kota dimana host family berada. “Mereka mengunjungi berbagai obyek wisata termasuk belanja oleh-oleh untuk dibawa pulang  ke negaranya,” ungkapnya.

Eman menambahkan. pada bulan Agustus ini, warga Jepang yang ikut program pertukaran budaya tinggal di rumah warga Indonesia di Jakarta,Bekasi, Tangerang, Subang dan Bandung. Setelah itu baik warga negara Jepang maupun warga Indonesia yang menjadi host family berkumpul bersama sama diskusi berbagai hal dan berwisata alam di kawasan Ciawi Bogor.

"Selama ini warga negara Jepang yang ikut peserta  dan tinggal di rumah keluarga Indonesia, banyak belajar cara memasak dan menikmati masakan tradisional Indonesia dan berbagai budaya dan kebudayaan Indonesia.Selain itu mereka  juga mengunjungi obyek-obyek wisata dan sejarah nasional seperti Museum Fatahillah dan Kebun Raya Bogor," jelas Eman.

Salah seorang peserta pertukaran budaya Indonesia-Jepang asal Tokyo, Mieko Iida (67) mengaku sangat bahagia dengan mengikuti kegiatan tersebut. Selain menambah saudara,  ia juga belajar banyak tentang kebudayaan Indonesia secara langsung dari masyarajat Indonesia.

"Saya juga bahagia bisa belajar langsung cara memasak  masakan tradisional Indonesia. Saya menikmati masakan-masakan Indonesia," ujar Mieko Iida San, warga Jepang yang tinggal di sekitar Tokyo.

Drektur Eksekutif sekaligus pendiri CCTI  Ali Syarif menjelaskan, warga Indonesia yang ikut peserta Pertukaran Budaya Jepang, selain disambut hangat oleh host family di Jepang juga dapat belajar banyak tentang kebudayaan dan berbagai hal baik yang ada dari budaya dan sosial Jepang.

Menurutnya, orang-orang Jepang memiliki disiplin dan mental serta karakter yang sangat baik yang perlu ditiru orang Indonesia untuk kemajuan negara Indonesia. “Kita lihat sendiri bagaimana budaya disiplin warga Jepang sangat luar biasa. Ini bisa dipelajari dan ditiru,” ujarnya.

Ia menegaskan, warga Indonesia yang menjadi peserta pertukaran kebudayaan, dapat memahami dan mempelajari mengapa orang-orang Jepang bisa memiliki kedisiplinan dan mental serta budi pekerti yang sangat baik. "Orang -orang Indonesia yang mengikuti pertukaran budaya Indonesia -Jepang, biasanya berangkat pada bulan Februari atau Maret setiap tahunnya sehingga masih bisa menyaksikan mekarnya bunga-bunga Sakura di Jepang," papar Ali Syarie yang kini banyak meenekuni dunia pertanian di kawasan Lembang,  Bandung.

Ali menambahkan, sama halnya dengan warga negara Jepang yang tinggal di rumah warga Indonesia, warga negara Indonesia yang ikut pertukaran  kebudayaan, selama tinggal di host family, warga negara Jepang di berbagai kota di Jepang, juga tidak dipungut biaya apapun.

Eman mengemukakan,  pihaknya sudah menyampaikan program ini ke gubernur terpilih DKI Jakarta Anies  R Baswedan di sela sela acara pertemuan dewan pakar Anies-Sandi beberapa waktu lalu. Eman berharap, warga negara Indonesia yang ikut pertukaran budaya ke Jepang berikutnya berasal dari kalangan guru.

"Para guru Indonesia yang ikut pertukaran budaya ke Jepang nanti selain tinggal di rumah warga Jepang yang menjadi host family juga bisa menyaksikan kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah di Jepang. Sehingga, bisa tahu bagaimana sistem pendidikan yang berlaku di sana,” tuturnya.

Ia menambahkan. para guru bisa mencontoh  mengapa para guru bisa mendidik anak anak muridnya punya rasa disiplin yang tinggi dan mental dan budaya saling menghormati yang amat tinggi. Kelak begitu pulang ke Indonesia, para bapak dan ibu guru kita bisa menerapkannya perlahan lahan di sekolah Indonesia.

 

“Saya berharap kelak gubernur DKI Jakarta  dan Jawa Barat dapat memberikan izin atau mandat agar para guru sekolah menengah di DKI Jakarta dan Jawa Barat dapat mengikuti program yang sangar baik ini," jelas Eman Sulaeman Nasim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement