Selasa 29 Aug 2017 14:28 WIB

Setiap Hari, 8 Orang di Jabar Meninggal Akibat Narkoba

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Qommarria Rostanti
Overdosis. Ilustrasi
Foto: oklahomawatch.org
Overdosis. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengalami kondisi darurat narkoba. Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jabar, Wuryanto Sugiri, angka prevelensi penyalahgunaan narkoba di Jabar saat ini mencapai 850 sampai 900 ribu jiwa.

Peredaran gelap narkoba di Jabar adalah peringkat ke 6 dari seluruh Indonesia. "Setiap harinya, sebanyak delapan sampai sembilan orang meninggal akibat narkoba," ujar Wuryanto kepada wartawan, saat memberikan sambutan di acara Sosialisasi Sadar Bahaya Narkoba untuk 50 Sekolah yang digelar oleh BRI Kanwil Bandung, Selasa (29/8).

Menurut Wuryanto, penyebaran narkoba tak hanya di kalangan remaja saja. Saat ini, bahkan sudah merambah ke siswa SD. Bahkan, ada siswa kelas 5 SD sudah menggunakan narkoba. Anak itu membeli narkoba dari pedagang rujak. "Saat ini pun, siswa SMP dan SMA ada yang jadi 'ahli' farmasi dengan mengoplos obat-obatan yang ada di warung. Padahal, mereka nggak tahu reaksi dari bahan-bahan yang dicampurnya," kata dia.

Wuryanto mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan peredaran narkoba di Indonesia marak. Di antaranya, belum optimalnya peran serta instansi pemerintah, belum optimalnya peran serta swasta dan CSR, belum optimalnya peran serta lembaga pendidikan, maraknya kampung dan desa narkoba, kurang efek jeranya hukuman mati, kurang teraksesnya pecandu pada panti rehab, dan sindikasi narkoba terus membangun jaringan dan pintu masuk. "Penyebab lainnya, masih rendahnya masyarakat yang melaporkan tentang narkoba di lingkungannya," kata dia.

Faktor penyebab seorang rentan terhadap penyelahgunaan narkoba, menurut Wuryanto, bukan hanya disebabkan kurangnya pengetahuan serta akibatnya saja. Namun, ada beberapa risiko lainnya. Yakni, karena terlantar dari keluarga, perlakuan kasar atau kejam dari keluarga, hubungan kurang baik dengan sekolah, hubungan kurang baik dengan komunitas, dan lingkungan kurang kondusif. "Penyalahguna narkoba ini telah menyebabkan kerugian Rp 63,1 triliun," ujarnya.

Wuryanto menyebut, angka pengguna narkoba ini tinggi karena pengguna narkoba sulit diketahui baik oleh lingkungan dan keluarga banyak yang tak tahu. Oleh karena itu, ke depan BNN sudah menandatangani kerja sama dengan intelijen daerah untuk melakukan sosialisasi ke pondok pesantren dan sekolah-sekolah."Intinya kami kerja sama untuk mencegah radikalisme dan narkoba yang larinya ke generasi muda," kata dia.

Wuryanto menyambut baik sosialisasi yang digelar oleh Bank BRI. Pasalnya saat ini belum semua BUMN ikut serta dalam kegiatan sosialisasi narkoba ini. "BRI udah duluan peduli terhadap narkoba sebagai BUMN yang peduli," ujarnya.

Sebelumnya, BRI Kanwil Bandung, menggelar sosialisasi sadar bahaya narkoba dengan mengundang perwakilan siswa dan guru di 50 sekolah. Menurut Kepala Perwakilan BRI Bandung, M Fankar Umran, siswa tak hanya berasal dari Kota Bandung, tapi juga berasal dari beberapa wilayah Bandung Raya, di antaranya dari Kabupaten Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan daerah lainnya.

"Negara sudah darurat narkoba. Jadi semua pihak harus terlibat untuk melakukan pencegahan dan antisipasi. Termasuk kami, BRI hadir menjadi bagian dari upaya membuat generasi kita bebas dari narkoba," ujar Fankar.

Menurut Fankar, dalam acara sosialisasai tersebut BRI memang hanya mengundang pengurus OSIS di 50 sekolah sebagai perwakilan. Harpaannya, nantinya semua pengurus OSIS yang mengikuti pelatihan bisa menjadi duta anti narkoba di sekolah masing-masing.

"Kami gelar sosialisasi ini atas dasar kepedulian pada negeri kita yang sudah darurat narkoba karena sekarang siswa SD sudah ada yang terkena narkoba," ujarnya.

Fankar mengatakan, generasi muda harus terus disadarkan tentang bahaya narkoba. "Kami memulai sosialisasi dari anak sekolah karena mereka memang harus prioritas. Kalau yang lain kan sudah paham," kata dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement