REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru menemukan bakso yang disajikan di sebuah warung bakso cukup terkenal di ibu kota Provinsi Riau tersebut terdeteksi mengandung babi.
Temuan BBPOM Pekanbaru tersebut tertuang dalam surat rekomendasi penghentian sementara kegiatan yang diterima Antara di Pekanbaru, Senin.
Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan BBPOM Pekanbaru, Adrizal membenarkan adanya temuan tersebut. "Itu kemarin temuannya, setelah (melakukan pemeriksaan) sampel rutin. Kemudian kita periksa," kata Adrizal.
Namun, ia tidak bersedia menjelaskan lebih rinci kapan pemeriksaan sampel tersebut dilakukan. Dia hanya menuturkan bahwa pihaknya telah memeriksa pemilik warung bakso yang beralamat di Jalan KH Ahmad Dahlan tersebut.
Menurut dia, dari pemeriksaan dan pengambilan keterangan yang telah dilakukan, pemilik warung bakso membantah telah membuat bakso dari daging babi. Dia juga memastikan bahwa keberadaan indikasi babi pada bakso yang dijual bukan merupakan kesengajaan pemilik warung.
"Pelaku usahanya juga sudah diambil keterangannya. Dia tidak tahu, tidak ada unsur kesengajaan. Itu sudah kita ekspose bersama Dinas Kesehatan kemarin," tuturnya singkat.
Berdasarkan surat yang dikeluarkan BBPOM Pekanbaru tertanggal 23 Agustus 2017 lalu itu, disebutkan warung bakso yang terdeteksi mengandung fragmen DNA spesific porcine (babi) berlokasi di Jl KH Ahmad Dahlan.
Di dalam surat tersebut BBPOM juga meminta kepada pengelola untuk menutup sementara operasional toko bakso. Sementara itu, dari pantauan Antara, warung bakso yang berlokasi strategis dan menjadi tongkrongan mahasiswa dan pelajar tersebut tampak tutup.
Suharyanto, pemilik warung bakso Mekar yang berhasil ditemui Antara membenarkan bahwa warungnya didatangi oleh tim BBPOM Pekanbaru. Namun, dirinya dengan tegas membantah telah menjual bakso menggunakan daging haram bagi umat muslim tersebut. "Dari 2004 berdiri, saya tidak pernah menjual bakso dengan daging babi," katanya.
Ia menuturkan bahwa BBPOM Pekanbaru mendatangi warungnya sebelum puasa atau Mei 2017 lalu. Dia juga tidak mengetahui secara pasti bagaimana BBPOM Pekanbaru tiba-tiba mengambil sampel makanannya. Termasuk apakah ada laporan dari konsumennya atau yang lain.
Menurut dia, selama 13 tahun berjualan bakso, dari warung sederhana hingga di rumah toko dan sempat membuka cabang di salah satu pusat perbelanjaan di Pekanbaru, belum ada komplain dari para pelanggannya.
"Saya berharap masalah ini dapat segera selasai, karena saya tidak pernah menggunakan selain daging sapi. Saya juga sudah jelaskan ke BBPOM terkait masalah ini," tuturnya.