Sabtu 26 Aug 2017 20:02 WIB

Gerakan Bijak Bersosmed Antisipasi Perpecahan

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Hoax. Ilustrasi
Foto: ABC News
Hoax. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggiat media sosial, komunitas bloger, masyarakat antihoax, pelajar dan berbagai komunitas serta kalangan lainnya, meluncurkan gerakan bijak bersosmed di Gedung Indosat Ooredoo pada Sabtu (26/8). Gerakan tersebut dibuat sebagai gerakan penyadaran untuk masyarakat agar lebih bijak menggunakan media sosial. Mengingat media sosial saat ini kerap dipakai ajang pertikaian yang mengancam persatuan.

"Kita ketahui, ada kelompok-kelompok yang dengan sengaja menyebarkan konten untuk memecah belah, untuk kepentingan ekonomi atau pun kepentingan politik. Hal-hal tersebut harus kita sadari agar kita tidak ikut terlibat dan tidak menerima mentah-mentah seluruh informasi yang kita terima," kata Koordinator Gerakan Bijak Bersosmed, Enda Nasution kepada Republika.co.id di Gedung Indosat Ooredoo, Sabtu (26/8).

Enda mengatakan, pengguna internet dan media sosial di Indonesia sebanyak 80 persen di bawah usia 35 tahun. Jumlahnya ada sekitar 131 juta orang. Pengguna media sosial di Indonesia pada dasarnya sudah bijak. Hanya saja banyak orang yang lupa karena hal tertentu, kemudian menjadi emosional saat menggunakan media sosial. Kondisi seperti inilah yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Ada saat di mana banyak kasus-kasus muncul di media sosial. Hal yang lebih berbahaya ada kasus yang sifatnya memecah belah, artinya ada yang pro dan kontra. Kondisi seperti ini bisa dikatakan chaos. Sehingga perdebatan di media sosial akan berlanjut dan tidak kunjung selesai. Kondisi seperti inilah yang menjadi alasan dibuatnya gerakan bijak bersosmed.

"Latar belakang dibuatnya gerakan bijak bersosmed karena ada keresahan. Seperti diketahui bersama, sosial media saat ini jadi ajang pertempuran konflik politik, sosial dan agama oleh orang dari berbagai kalangan," ujarnya.

Enda menyampaikan, melihat kondisi tersebut, maka pihak-pihak yang peduli terhadap media sosial menilai harus membuat sebuah gerakan sederhana. Untuk mengajak pengguna media sosial lebih sadar dan bijak. Sebab, media sosial sungguh istimewa karena dapat mempermudah penggunanya melakukan interaksi.

Jadi, dia menegaskan, jangan sia-siakan keistimewaan media sosial. Jangan menggunakan media sosial untuk keburukan, apalagi digunakan untuk memecah belah bangsa. Melalui gerakan bijak bersosmed yang diluncurkan hari ini, diharapkan akan lebih banyak orang yang sadar dan tidak sembarangan menggunakan media sosial

"Kita mau mengkampanyekan agar makin banyak pengguna internet yang bijak menggunakan media sosial," ujarnya.

Enda menambahkan, gerakan bijak bermedsos ada dua. Pertama, gerakan online. Gerakan ini mengajak orang melalui berbagai media sosial untuk menggunakan media sosial secara bijak. Gerakan kedua, mengajak berbagai kalangan dan komunitas bertemu dan mengkampanyekan gerakan bijak bersosmed bersama-sama kepada publika.

Di lain pihak ada pihak kepolisian yang bertugas menegakkan hukum. Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bertugas memblokir konten-konten yang sifatnya ilegal. Ada juga yang konsen pada gerakan penyebaran konten positif dan lain sebagainya. Sementara, gerakan bijak bersosmed akan lebih fokus pada gerakan penyadaran.

Chief Human Resources Officer Indosat Ooredoo Ripy Mangkoesoebroto mengatakan, pihaknya mendukung gerakan bijak bersosmed sebagai sebuah program nyata kampanye publik. Peluncuran gerakan bijak bersosmed sebagai upaya membuat media sosial menjadi tempat penyampaian informasi yang baik dan benar.

"Juga untuk melahirkan inovasi yang baru, bertukar gagasan dan menghargai perbedaan pendapat dengan cara yang santun," ujarnya.

Dikatakan Ripy, gerakan bijak bersosmed sendiri lahir dari keprihatinan para pegiat media sosial. Mereka menyadari media sosial sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Akan tetapi, di sisi lain kekuatan media sosial saat ini dimanfaatkan oleh sebagian kelompok untuk memuat konten-konten yang dapat memecah belah persatuan.

"Bahkan, media sosial dipakai untuk mencari keuntungan dengan cara memproduksi konten hoax. Berangkat dari keprihatinan ini gerakan bijak bersosmed mengajak masyarakat lebih bijak menggunakan media sosial," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement