Sabtu 26 Aug 2017 14:58 WIB

Filosofi Kereta Pancasila yang Dinaiki Presiden Jokowi

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo menaiki Kereta Pancasila dalam acara Karnaval Kemerdekaan di Kota Bandung, Sabtu (26/8).
Foto: REPUBLIKA/Zuli Istiqomah
Presiden Joko Widodo menaiki Kereta Pancasila dalam acara Karnaval Kemerdekaan di Kota Bandung, Sabtu (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Karnaval Kemerdekaan Pesona Parahyangan 2017 diselenggarakan sebagai puncak perayaan HUT RI ke-72. Perayaan ini dipusatkan di Kota Bandung, Sabtu (26/8).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta ibu negara dipastikan hadir dan mengikuti karnaval yang akan dimulai di Gedung Sate. Presiden menaiki kendaraan hias yang merupakan karya para seniman Jawa Barat yang diberi nama Kareta Pancasila.

Sebuah truk dihias dengan kepala burung Garuda yang tegak gagah berani berwarna biru. Lalu di bagian belakangnya disusun seeng (dandang), alat memasak tradisional Sunda, yang dipakai untuk membentuk tumpeng raksasa.

Adalah Tisna Sanjaya, Budayawan dan pengajar di Institut Teknologi Bandung, bersama dengan budayawan lainnya, Aat Suratin, Joko Kurnain, dan beberapa budayawan lainnya mendapat tugas untuk merancang mobil yang akan menjadi tunggangan Presiden Joko Widodo. Tisna dan teman-temannya menggagas sebuah kendaraan yang menyimbolkan kerja keras pemimpin untuk membawa kesejahteraan rakyatnya.

Menurut Tisna, konsep yang diusung adalah mobil bajasan, artinya sederhana, tetapi lahir dari kerja keras.  “Ada sekitar 99 seeng buatan pengerajin Tasikmalaya yang dipakai untuk membentuk tumpeng. Di dalam seeng itu akan diisi air yang diambil dari 99 mata air di Jabar,” kata Tisna.

Menurut Tisna, makna air dalam seeng itu adalah simbol spiritualitas yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Barat. Sebagai sumber kehidupan, air dapat kita pakai berwudhu, bersuci, minum, dan sebagainya. Untuk menggambarkan kesejahteraan, di dalam tumpeng seeng itu dimasukkan aseupan, yakni wadah untuk mengukus nasi atau makanan lain yang berbentuk kerucut dan terbuat dari bambu yang dianyam.

Di dalam aseupan itu akan dimasukkan hasil bumi seperti dimasukan hasil bumi seperti gabah, ubi, singkong, talas, dan sebagainya. Adapun Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi akan ditempatkan di bagian depan dari kendaraan itu. “Jika dilihat dari depan, kendaraan itu membawa hasil bumi dan Jokowi sebagai pemimpin mengantarkannya untuk rakyatnya,” kata Tisna.

Menurut Tisna, mengacu pada tema karnaval yakni, "Menyalakan Api, Kerja Bersama”, maka mobil hias yang ditunggangi Jokowi melambangkan semangat bekerja bareng-bareng, dan memanen hasil kerja itu secara bersama-sama.  “Kesuburan, kemakmuran, nilai-nilai spiritual itu terlihat melalui kendaraan yang ditumpangi Jokowi. Saya berharap karya ini menjadi instalasi yang indah dan diharapkan dibawa ke istana, lalu 'diparkir' di halaman istana untuk menjadi simbol helaran karnaval budaya dari kota Bandung,” ucap Tisna.

Pakaian daerah juga akan tercermin dari 2.500 peserta karnaval yang berasal dari 34 provinsi dan komunitas. Dari pakaian adat yang mereka kenakan akan tampak keberagaman, kaya karna, kaya motif dan kaya inspirasi. “Kita memang berasal dari berbagai macam etnis, budaya yang bisa tercermin dari pakaian. Keberagaman itulah yang dapat dipersatukan oleh Pancasila,” kata Tisna.

Budayawan, seniman, dan pekerja kreatif di Bandung berharap setelah helatan Karnaval Kemerdekaan ke-72 ini, Indonesia bisa terus bekerja bersama untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. “Indonesia ini negeri yang subur, kaya, dan memiliki budaya yang adiluhung, yakni gotong royong. Melalui gotong royong, pemimpin dan rakyatnya bekerja sama untuk meraih kesejateraan rakyat,” ucap Aat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement