Jumat 25 Aug 2017 09:35 WIB

Kemarau Hingga September, Aceh Perlu Waspadai Titik Panas

Dandim 0103 Aceh Utara Letkol Kav Fadjar Wahyudi Broto (tengah) melihat kondisi tanah retak akibat kemarau saat meninjau kekeringan di areal persawahan Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (28/7).
Foto: Antara/Rahmad
Dandim 0103 Aceh Utara Letkol Kav Fadjar Wahyudi Broto (tengah) melihat kondisi tanah retak akibat kemarau saat meninjau kekeringan di areal persawahan Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat memprediksi, musim kemarau panjang di wilayah Aceh baru berakhir pada September tahun ini. Masyarakat Aceh diminta mewaspadai kemunculan titik panas.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Blang Bintang, Zakaria di Aceh Besar, Jumat (25/8), berujar hingga akhir Agustus ini sebagian besar wilayah Aceh masih berpeluang besar munculnya titik panas. "Bila ditinjau dari segi musim, maka Aceh masih dalam musim puncak kemarau. Kondisi itu berlangsung, sampai pekan pertama di bulan September," kata dia. 

Pekan kedua bulan depan baru memasuki musim pancaroba atau masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Walau di masa peralihan musim tersebut, dia menegaskan, tidak menutup kemungkinan munculnya titik panas, terutama di daerah yang rawan terbakar seperti lahan bergambut.

"Ini terjadi disebabkan di musim pancaroba itu, masih jarang hujan. Dan hujan yang turun, belum cukup untuk membasahi daun yang berguguran dan rumput kering," jelasnya.

Namun pihak BMKG berharap, masyarakat di Aceh harus sadar terhadap lingkungan terutama pada kawasan hutan dan lahan kering, jika melakukan pembakaran. "Tentu ini sangat tergantung dari prilaku atau kesadaran masyarakat kita, dalam hal pembakaran lahan untuk membuka perkebunan. Yang jelas, banyak dampak yang ditimbulkan dari membakar," tegasnya.

Data terakhir BMKG Aceh menyebut, Selasa (22/8), satelit terdeteksi 17 titik panas pada enam kabupaten di Aceh. Lalu Rabu (23/8), tiga titik di satu kabupaten, dan Kamis (24/8), tiga titik pada dua kabupaten. "Tidak bisa kalau diharapkan kepada petugas dilapangan, kan mereka ada titik jenuhnya juga," kata Zakaria, menerangkan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nagan Raya Teuku Rahmadsyah pekan ini mengatakan, sekitar 10 hektare lahan gambut di wilayahnya terbakar. Ia mengaku, tepatnya di Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, terbakar sehingga menyebabkan terjadinya kabut asap pada malam hari.

BMKG setempat melaporkan pada Selasa (23/8), wilayah Nagan Raya terpantau enam titik panas dari total 17 titik panas di wilayah Aceh. Titik panas tersebut tepatnya berada di Kecamatan Darul Makmur empat titik, dan Kecamatan Kula dua titik.

"Lokasi kebakaran lahan, sulit dijangkau. Karena medan jalan sulit diterobos, oleh armada pemadam kebakaran. Namun, tetap dilakukan upaya penanganan berupa pemadaman dengan cara-cara lain," ucap dia. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement