REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengatakan, pengembangan industri pertahanan dalam negeri memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Di samping itu, pengembangan industri pertahanan dinilainya perlu dicarikan lokasi baru yang lebih strategis.
Gatot menyebut, industri pertahanan seperti PT Pindad yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat, sudah tidak visioner lagi. “Pindad mungkin perlu direlokasi di suatu tempat yang lebih luas dan dekat pelabuhan, bandara dan sebagainya,” ujar Gatot dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (24/8).
Dia mengatakan iindustri strategis nasional sangat diperlukan dalam pertahanan negara. Pasalnya, kata dia, apabila industri strategis sudah mandiri, maka TNI mempunyai kepercayaan diri yang luar biasa dalam mengawal dan menjaga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena tidak akan diembargo lagi.
Maka dari itu, lanjut Gatot, TNI sebagai pengguna alat utama sistem senjata (alutsista) selalu memberikan masukan dan evaluasi terhadap industri pertahanan dalam negeri. Namun begitu, alutsista yang dimiliki TNI dari produksi industri dalam negeri masih memiliki banyak kekurangan, namun di sisi lain juga masih banyak kelebihannya.
“TNI sebagai pengguna alutsista selalu memberikan masukan dan evaluasi terhadap industri pertahanan dalam negeri kepada Kementerian Pertahanan RI,” kata Gatot.
Gatot mengatakan, pengembangan industri strategis harus dilakukan secara bertahap dan tidak bisa langsung ke alih teknologi dan sebagainya. Meski demikian, kemajuan-kemajuan industri strategis di Indonesia terbilang berkembang pesat. "Contohnya, kita sudah mulai membuat kapal selam dan pesawat tempur, termasuk radar dan tank model rantai," ujar atot.