REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Dirgantara Indonesia bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tengah mengembangkan proyek pesawat N219. Pesawat ini menjadi karya anak bangsa setelah pesawat N250 yang dikembangkan untuk penerbangan di daerah perintis.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan sejak perencanaan hingga proses uji terbang perdana (first flight) ini, pesawat N219 telah menghabiskan biaya 62 juta dollar Amerika atau setara Rp 827 miliar. Proses ini masih memerlukan tes-tes berikutnya serta penyempurnaan yang diperkirakan total anggaran yang dikeluarkan mencapai Rp 1 triliun. "Anggaran sampai saat ini Rp 827 miliar.
Terdiri anggaran LAPAN dan PTDI. Sampai selesai anggaran yang kita siapkan total 80 juta dollar atau Rp 1 triliun kira-kira," kata Budi dalam konferensi pers First Flight pesawat N219, Rabu (16/8).
Menurutnya, anggaran pembuatan pesawat ini jauh lebih murah dibandingkan pesawat terdahulunya N250. Bahkan ia membandingkan biaya persiapan dan pengembangan N250 mencapai 25 kali lipat dari N219 atau mencapai sekitat 1,8 miliar dolar. "62 juta dolar ini kecil kalau dibandingkan program N250 yang menghabiskan 25 kali lebih dari program ini," ujarnya.
Budi mengatakan pihaknya memang mendesain pesawat murah yang disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki pemerintah. Hal ini agar tidak membebani pemerintah yang juga ingin mengembangkan pesawat karya anak bangsa sendiri. Meski demikian, pesawat ini tetap sesuai dengan peruntukkannya yang dibutuhkan untuk penerbangan perintis.
"Bukannya kita tidak bisa membuat pesawat yang lebih canggih tapi menyesuaikan anggaran. Jadi Indonesia memiliki sesuatu yang lengkap dari industri penerbangan," tuturnya.
Dalam pembuatan pesawat ini, Budi mengatakan pengerjaannya sudah jauh lebih maju seiring perkembangan teknologi. Tidak ada lagi meja gambar manual dalam mendesain pesawat. Semua proses dilakukan secara digital. "Saya ingin membersihkan meja gambar yang dulu digunakan mendesain N250. Mulailah desain secara digital. Memang agak susah tapi itu step yang harus kita lakukan. Jadi mulai dari desain 2015 memproduksi komponen-komponen," tutur Budi.
Ia belum bisa memastikan berapa harga pesawat N219 jika nantinya resmi dipasarkan. Namun menurutnya pesawat ini akan menjadi pesawat yang ekonomis siap dipasarkan untuk domestik dan internasional.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Agus Santoso mengapresiasi pesawat N219 yang dibuat SDM Indonesia. Pengembangan pesawat ini dinilai sebagai bagian dari perwujudan Nawacita Presiden Joko Widodo. "Beliau menekankan Nawacita di mana nomor 7 yakni merealisasikan kemandirian ekonomi. Ini pengejewantahan nawacita ketujuh mendorong Indonesia harus bisa memproduksi pesawat terbang," kata Agus.
Pesawat N219 direncanakan melayani penerbangan di kawasan pedalaman. Konsep ini juga sesuai dengan visi pemerintah membangun daerah pinggiran. Sehingga wilayah-wilayah terpencil juga bisa berkembang.