Senin 14 Aug 2017 23:35 WIB

Kampanye Digital Ampuh untuk Mengalahkan Pejawat

Dinamika era politik mulai mengalami perubahan baik teknikal maupun fundamental.

(Ilustrasi) Sejumlah pekerja berpose dengan latar depan miniatur sosialisasi pemilu melalui media sosial usai peluncuran Serambi Informasi Pemilu di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bekasi, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (31/3).
Foto: Antara/Risky Andrianto
(Ilustrasi) Sejumlah pekerja berpose dengan latar depan miniatur sosialisasi pemilu melalui media sosial usai peluncuran Serambi Informasi Pemilu di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bekasi, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar komunikasi digital Anthony Leong menyatakan kampanye digital yang tepat merupakan senjata ampuh dalam mengalahkan pejawat dalam Pilkada. Sebab, dinamika era politik mulai mengalami perubahan baik secara teknikal maupun fundamental.

"Secara teknikal adalah terjadinya pergeseran alat dan arus informasi yang berkembang di masyarakat. Sedangkan secara fundamental yang terjadi adalah pergeseran ideologi dan pemahaman mengenai politik masyarakat," kata Anthony Leong, Senin (14/8).

Dia memahami pejawat biasanya memiliki berbagai keunggulan dibanding penantang dalam konteks pemilihan Kepala Daerah yang akan segera berlangsung secara serentak 2018, dan juga pemilihan Presiden 2019. Namun, dia melanjutkan, pada era teknologi ini, ruang maya serta informasi elektronik dan strategi digital dapat menjadi senjata ampuh untuk menumbangkan para pejawat tersebut.

Ia mencontohkan, seperti pada kontesasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang belum lama usai. Kala itu, pasangan Anies-Sandi berhasil meningkatkan elektabilitas hingga nyaris 50 persen dalam waktu yang relatif singkat.

Menurut Anthony, hal tersebut tidak lepas dari kampanye digital lewat media sosial. Namun tentunya, lanjutnya, gagasan yang disebarkan lewat media sosial tersebut juga harus rasional dan mudah dipahami masyarakat.

Untuk diketahui, pengguna aktif internet di Indonesia sebanyak 88,10 juta jiwa. Kemudian pengguna aktif media sosial sebanyak 79,00 juta jiwa, terkoneksi dengan perangkat handphone sebesar 326,3 juta jiwa, sedangkan yang aktif menggunakan aplikasi pesan instan 66,00 juta jiwa.

"Besarnya jumlah pengguna internet dan media sosial turut merubah iklim politik di Indonesia. Penyampaian ide dan gagasan mulai berpindah ke media digital. Di media sosial tidak mengenal istilah one man one vote, justru satu orang bisa memiliki kekuatan yang setara dengan puluhan, atau ratusan orang di dalam mempengaruhi persepsi publik," paparnya.

Sebelumnya, Ketua MPR Zulkifli Hasan menyatakan generasi muda harus dapat benar-benar menguasai teknologi karena hal tersebut penting dalam menghadapi tantangan era digitalisasi seperti yang sekarang mulai berkembang. "Masa depan ketersediaan lapangan kerja berkurang karena digantikan oleh teknologi, sehingga generasi muda harus bersiap," kata Zulkifli.

Harapan tersebut, ujar dia, agar rakyat Indonesia juga dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bukannya menjadi kuli yang bekerja di luar negeri. Zulkifli Hasan mengingatkan kemenangan untuk masa depan bisa diperoleh melalui wirausaha yang berujung pada kemandirian ekonomi.

Ia juga menginginkan berbagai pihak dapat menghentikan silang sengketa karena semua pihak harus bersinergi memajukan bangsa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement