Selasa 01 Aug 2017 17:23 WIB

Efek Pulang Basamo, Mahalnya Tarif Pesawat Sumbang Inflasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Kepala BPS Sumatra Barat Sukardi menyampaikan rilis tingkat inflasi daerah, Selasa (1/8).
Foto: Republika/Sapto Andik Candra
Kepala BPS Sumatra Barat Sukardi menyampaikan rilis tingkat inflasi daerah, Selasa (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Budaya orang Minang untuk pulang ke kampung halamannya di Sumatra Barat selama musim Lebaran masih terasa hingga kini. Bahkan satu bulan setelah Lebaran, permintaan tiket angkutan udara dari Padang, Sumatra Barat, menuju kota-kota besar di Indonesia masih cukup tinggi. 

Akibatnya, harga tiket pesawat keberangkatan dari Padang masih relatif tinggi. Tingginya harga tiket pesawat menyumbangkan andil tertinggi terhadap inflasi Juli 2017 di Padang, Sumatra Barat. 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi Kota Padang pada Juli 2017 sebesar 0,54 persen, sementara Kota Bukittinggi sebesar 0,09 persen. Angkutan udara menyumbang inflasi hingga 0,66 persen dengan tingkat kenaikan harga hingga 41,08 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Di posisi kedua, peningkatan biaya bimbingan belajar sebesar 32,98 persen menyumbangkan andil inflasi hingga 0,14 persen. Bimbingan belajar memang semakin laris memasuki tahun ajaran baru 2017/2018. 

Kepala BPS Sumatra Barat Sukardi menjelaskan bahwa secara tahun kalender ini, tingkat inflasi Kota Padang tercatat sebesar 0,94 persen sementara Kota Bukittinggi justru mengalami deflasi sebesar -0,32 persen. Secara tahun ke tahun, inflasi Kota Padang tercatat sebesar 4,18 persen dan 2,06 persen untuk Bukittinggi.

"Di Padang, angkutan udara sumbang kenaikan harga. Banyak yang pulang waktu Lebaran dan sekarang baru kembali ke tempat masing-masing sehingga ini membuat harag tiket masih tinggi bisa jadi sampai sebulan ke depan," ujar Sukardi di Kantor BPS Sumatra Barat, Selasa (1/8).

Sukardi memproyeksikan tingkat inflasi bisa bertahan rendah hingga akhir tahun 2017 ini. Alasannya, mengacu pada pola tahunan inflasi Sumatra Barat, periode inflasi tertinggi hanya terjadi pada musim Ramadhan dan Lebaran saja. 

"Artinya, tingkat inflasi bisa terjaga di bawah dua persen untuk Padang dan Bukittinggi," kata dia. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat Puji Atmoko menambahkan, inflasi yang disebabkan oleh tingginya tarif tiket angkutan udara masih bisa ditahan oleh deflasi oleh sejumlah bahan makanan pokok termasuk cabai merah, jengkol, petai, dan bawang putih. Ia mencontohkan petai mengalami penurunan harga hingga 28,57 persen selama Juli lalu.

"Yang kami waspadai adalah Juli ini. Biasanya, 5 bulan mendatang selalu di bawah Juli sehingga bisa dikendalikan dengan baik," ujar Puji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement