REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH, ACEH -- Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh bertambah dari 241 orang menjadi 367 orang sebagai dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dalam dua pekan terakhir di wilayah itu.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Barat dr Zafril Luthfi di Meulaboh, Senin (31/7) mengatakan tren kasus meningkat karena kondisi asap dari karhutla yang melanda enam kecamatan daerah tersebut yang hingga kini masih dilakukan penanganan.
"Terjadi peningkatan, itu karena masih ada sisa asap, pada titik-titik tertentu, kalau hujan turun terus setiap hari, udaranya baru bersih, sekarang kita lihat udaranya sudah mulai bersih karena ada hujan,"sebutnya ditemui di Kantor DPRK.
Pada 27 Juli 2017, jumlah kasus Ispa yang ditemukan dan ditangani oleh petugas di Puskesmas sebanyak 241 orang, terdiri dari 124 orang usia anak di bawah lima tahun dan 117 orang usia di atas lima tahun, kemudian data Ahad (30/7) menjadi 367 orang.
Dr Luthfi menjelaskan, tidak ada persoalan dan kendala di hadapi petugas pada fasilitas kesehatan (faskes) Puskesmas serta Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh dalam penanganan pasien selama terjadi karhutla di daerah tersebut.
Kesiapan petugas serta ketersediaan obat-obatan sangat tercukupi, sebab pihaknya sebagai salah satu instansi yang juga ikut melakukan penangulangan bencana asap, setelah Bupati Aceh Barat H T Alaidinsyah menetapkan status siaga.
Mulai dari upaya pencegahan dengan membagikan masker serta sosialisasi bahaya dampak udara kotor seperti asap, untuk menekan kasus Ispa dan kasus-kasus lain yang kemungkinan bisa muncul akibat asap kebakaran hutan dan lahan di area gambut
"Puskesmas di Aceh Barat semua siap, termasuk Rumah Sakit Cut Nyak Dhien juga siap, selama terjadi bencana karhutla ini tidak ada masalah maupun kendala, semuanya bisa ditangani, untuk Ispa rawat jalan,"sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan, selama dua pekan ini pihaknya tidak mendata adanya peningkatan kasus lain selain Ispa, pihaknya semula khawatir dalam kondisi demikian akan berpotensi muncul penyakit Pneumonia atau paru-paru basah karena infeksi paru-paru.
"Selain ISPA, selama ini belum ada, namun yang kita takutkan Pneumonia atau infeksi paru-paru basah. Kalau kasus diare ada, cuma itu tidak masuk dalam data laporan kerhutla, sebab itu kasus biasa dan rutin,"sebutnya.
Dalam dua hari terakhir, hujan dengan intensitas ringan mengguyur Aceh Barat menghilangkan asap yang sudah bertahan lama, demikian juga tim Satgas udara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih melakukan pengeboman air.
Tim Satgas darat juga melakukan pemadaman sisa titik api seperti di Kecamatan Johan Pahlawan, di kawasan Suak Raya, Suak Nie dan Lapang, pada Ahad (30/7) pagi masih ditemukan lokasi munculnya sumber asap dari permukaan lahan gambut.
"Tadi malam (Ahad) kami ada rapat dengan semua terkait, evaluasi terakhir operasi. Hari ini terjun lagi tim BPBD melihat langsung titik asap di kawasn tertentu, kalau sudah tidak ada lagi, maka proses pemadaman dihentikan," katanya menambahkan.