Senin 31 Jul 2017 14:46 WIB

Kesenian Drama Tari Antup di Ambang Kepunahan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
menari / Ilustrasi
menari / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Drama Tari Antup, yang muncul sejak 1935 dan hanya dimiliki masyarakat Dusun Janturan, saat ini berada di ambang kepunahan. Terlebih, saat ini pagelaran dan seniman Tari Antup sudah sangat jarang ditemukan.

Dinas Kebudayaan Sleman pun melakukan revitaslisasi kesenian tradisional itu pada Sabtu (29/7) malam di Halaman Balai Desa Tirtoadi Mlati, demi mengangkat kembali kesenian drama Trai Antup. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Aji Wulantara menilai, pementasan kembali drama Tari Antup itu bertujuan supaya bisa ditonton dan dinikmati masyarakat luas. Ia berharap, pementasan bisa jadi bahan pembelajaran masyarakat agar mulai mengenal.

"Pada akhirnya tertarik untuk mengembangkan dan melestarikan kembali kegiatan seni budaya yang ada di dalam masyarakat," kata Aji melalui rilis yang diterima Republika, Ahad (30/7).

Ia menerangkan, gerakan dalam drama Tari Antup merupakan gerak improvisasi yang disesuaikan, sehingga sederhana sesuai ciri-ciri tarian rakyat. Iringan musik bilahan bambu, disesuaikan dengan gamelan slendro dan lagi Kecik-Kecik. Keseluruhan pemain merupakan laki-laki, termasuk untuk tokoh wanita. Kostum berbentuk sederhaa dan tutup kepala menggunakan daun nangka. Namun, dalam perkembangannya Tari Antup memakai iringan gamelan dan kostumnya disesuaikan.

Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, memberikan apresiasi yang tinggi kepada Dinas Kebudayaan dan Desa Tirtoadi, yang telah berusaha menghidupkan kembali Tari Antup. Ia menilai, itu jadi bukti kepedulian terhadap kesenian tradisional.

"Namun, perkembangan kesenian tradisional di masa sekarang dan yang akan datang bukan hanya tugas pemerintah dan seniman, tapi merupakan kewajiban semua masyarakat untuk ikut terlibat," ujar Sri.

Ia menambahkan, revitalisasi jadi upaya strategis melestarikan kesenian yang jadi warisan nenek moyang. Menurut Sri, Pemkab Sleman akan mendukung dan memfasilitasi, sehingga pementasan bisa berjalan dan jadi tontonan serta tuntunan mewujudkan masyarakat Sleman yang berbudaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement