Selasa 25 Jul 2017 14:54 WIB
Ihwal

Menangkal Radikalisme Lewat Film dan Komik

Muhammad Wildan
Foto: dokpri
Muhammad Wildan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dewasa ini, radikalisme menyebar melalui berbagai cara. Utamanya melalui media-media sosial yang banyak digandrungi anak-anak muda. Untuk menjawab tantangan ini, dibutuhkan medium yang juga populer sebagai penangkal.

Center for the Study of Islam and Social Transformation (CISForm) UIN Sunan Kalijaga mencoba menciptakan sesuatu untuk melindungi anak-anak muda dari godaan radikalisme, beberapa di antaranya melalui komik dan film.

"Anak-anak muda terutama remaja adalah yang paling rentan terpapar radikalisme. Hal itu disebabkan informasi yang datang kepada mereka adalah yang paling banyak," ujar Direktur CISForm, Muhammad Wildan, saat ditemui Republika di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Sejauh ini, sudah dua judul komik diterbitkan oleh CISForm, yakni 'Si Gun Pingin Jihad' dan 'Rindu Khilafah'. Komik tersebut dibagikan secara cuma-cuma dan telah diluncurkan di berbagai kota seperti Yogyakarta, Solo, dan Mataram.

Tak puas dengan wujud komik, Wildan mengungkapkan dalam waktu dekat timnya akan membuat sebanyak 40 film animasi. Namun tak seperti film-film pada umumnya yang berdurasi panjang, film-film garapan timnya nanti hanya berdurasi maksimal 2 menit. Hal ini disebabkan film-film tersebut akan disebarkan secara gratis lewat media sosial.

"Temanya pun bermacam-macam mulai dari hijrah, jihad, khilafah, sampai Islam rahmatan lil alamin," kata Wildan menambahkan. Saat ini, kata dia, CISForm sedang dalam tahap penyusunan naskah film. Direncanakan, pada Maret 2018 mendatang ke-40 film tersebut sudah selesai diproduksi.

Penggarapan komik kemudian film tersebut adalah perwujudan CISForm yang saat ini tengah berfokus pada counter narative. "Tujuannya agar narasi-narasi radikal yang selama ini berkembang di masyarakat bisa diimbangi dengan narasi-narasi yang lebih bersifat moderat," ujar pria asal Yogyakarta tersebut.

Diakuinya, saat ini lebih banyak narasi, terutama di media sosial, yang lebih banyak bersumber dari golongan Islam radikal. Sangat sedikit, kata dia, konten yang berasal dari golongan Islam moderat. 

Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah seandainya masyarakat Indonesia tak terpengaruh. "Namun yang jadi problem adalah literasi media masyarakat kita masih sangat kurang, sehingga dampaknya mereka mudah terpengaruh narasi-narasi yang banyak disebarkan kelompok-kelompok radikal tersebut," ujar dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga tersebut.

Oleh karena itu CISForm juga tengah menggalakkan gerakan mengarusutamakan Islam moderat (mainstreaming moderate Islam). Berbagai kegiatan pun telah dilakukan di antaranya mengembangkan perpustakaan pesantren-pesantren, serta workshop kepemimpinan untuk ustaz-ustaz di pesantren dan workshop pembelajaran aktif di pesantren-pesantren.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement