Senin 24 Jul 2017 16:21 WIB

Pengamat CSIS: Jokowi Ingin Setegas Soeharto

Presiden Joko Widodo
Foto: EPA/David Moir
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap Presiden Joko Widodo yang memerintahkan polisi untuk menembak mati pengedar narkoba yang menolak ditangkap menarik perhatian internasional.  Media AS, CNN, menulis artikel berjudul, 'Indonesian leader polishes strongman image by calling for drug killing.'

Dalam tulisannya, CNN mengutip sejumlah pengamat yang menilai, Presiden Jokowi ingin menegaskan bahwa ia merupakan pemimpin kuat. "Ia memegang janjinya pada kampanye 2014 akan mengeksekusi pengedar narkoba dan dukungan padanya hampir tak goyah," ujar Greg Fealy, associate professor of Indonesian politics di Australian National University seperti di lansir CNN, Senin (24/7).

Analis politik dari CSIS, Tobias Basuki, mengatakan, Presiden Widodo secara sengaja mencoba mengingatkan kembali memori tetang pemimpin mantan presiden Soeharto demi menarik warga yang bernostalgia dengan era orde baru.  

"Banyak jargon tentang kembali ke periode Orde Baru, Soeharto lebih tegas, lebih stabil. Saya kira ia ingin mencoba bahwa ia bisa setegas presiden Suharto dalam masa yang demokratis," ujarnya kepada CNN.

Feally menambahkan, di momen Jokowi masih menjadi presiden yang populer saat ini, beberapa analis menganggap sikap tegas presiden terhadap narkoba adalah cara untuk menunjukkan ke rivalnya bahwa ia bukan pemimpin lemah. 

"Orang mengira ia adalah orang sangat baik, ia melakukan hal-hal baik untuk orang miskin dan ekonomi, namun dalam isu ini ada keuntungan politik baginya bahwa ia tampil dengan sikap tanpa kompromi," ujarnya.

Suharto memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade sampai akhirnya dijatuhkan pada Mei 1998 menyusul resesi ekonomi. Seperti dilansir CNN, Presiden Jokowi bukan petinggi pertama yang menyerukan tembak mati ekstrayudisial bagi pengedar narkoba dalam satu pekan terakhir.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian memuji perang antinarkoba yang digelontorkan oleh Duterte. Dalam pidatonya pada Kamis lalu, ia mengatakan, "Kita lihat ketika kita tembak pengedar narkoba ini, mereka akan akan pergi."

Basuki kepada CNN menilai, risiko utama dari penyataaan Widodo dan Karnavian adalah jika polisi melihatnya sebagai lampu hijau untuk menggunakan kekuatan yang berlebihan.

"Saya tak mengatakan ini akan terjadi, namun saya kira ini bahaya," ujarnya. "Jika ada penembakan yang tak diinginkan, saya kira kita akan akan sedikit banyak balik ke belakangan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement