REPUBLIKA.CO.ID,BUKITTINGGI -- Tingginya animo wisatawan yang datang ke Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar) ternyata tak mampu ditampung oleh hotel atau penginapan yang tersedia. Akibatnya pemandangan seperti pelancong yang menginap di mobil, masjid hingga kantor Polisi dapat dilihat setiap akhir pekan.
"Kami memang kekurangan kamar sekitar 800-1.000 unit," kata Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias kepada Republika, Kamis (21/7) di rumah dinasnya.
Ramlan mengatakan, saat ini baru tersedia 2.000 kamar dan pada akhir pekan habis terisi. Oleh sebab itu, pihaknya menawarkan kepada sejumlah investor untuk membangun hotel berbintang guna memenuhi kekurangan tadi.
Namun Wali Kota buru buru mengingatkan jika hotel yang akan dibangun harus bebas dari diskotik, pub dan fasilitas yang tidak sesuai dengan syariat Islam. "Tiap malam kita razia hotel-hotel yang menyalahi ketentuan jika ada laporan. Alhamdulillah semua hotel yang ada di sini tidak ada fasilitas diskotik dan pub. Saya melarang keras," tegasnya.
Saat ini ada investor yang berencana membangun hotel bintang lima dengan jumlah kamar 295 unit. Menurutnya, tahun ini target kunjungan wisatawan di patok sekitar 1 juta orang.
Adapun pelancong yang datang ke Kota Bukittinggi berasal dari daerah tetangga seperti Riau, Pekanbaru, Batam dan untuk wisatawan asing paling banyak dari Malaysia dan Singapura. "Di sini tidak ada tempat mabuk atau maksiat. Kalau mau macam macam jangan di sini, silakan di daerah lain," jelasnya.
Meski keras dalam membuat aturan, tapi Bukittinggi tetap menarik dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. "Walaupun tanpa diskotik dan pub, semua hotel di sini ramai selalu."
Data dari Dinas Pariwisata Pemkot Bukittinggi menyebutkan, tahun 2016 lalu realisasi pendapatan dari sektor pariwisata sebesar Rp 11,08 miliar atau tercapai 109 persen dari target.
Pendapatan sebanyak itu diperoleh dari dua obyek wisata andalan yaitu Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Rp 7,5 miliar serta Taman Panorama dan Lubang Jepang Rp 3 miliar. Pendapatan dari sektor wisata ini menyumbang sekitar 10 persen dari total pendapatan asli daerah.