REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kongres Dayak Internasional 2017 di Pontianak akan mendorong tiga pokok pikiran utama dimana salah satunya adalah untuk terus menjaga keutuhan NKRI.
"Ada tiga pokok pikiran dari Presiden MADN, yaitu bapak Cornelis yang diharapkan dapat terakomodir dari pelaksanaan kegiatan KDI ini. Tiga pokok pikiran ini sesuatu yang luar biasa dan menarik untuk dibahas serta dicari, dimana salah satunya adalah bagaimana peran Dayak untuk mempertahankan keutuhan NKRI," kata Akim di Pontianak, Sabtu (22/7).
Dia memaparkan, pokok pikiran pertama, Cornelis khawatir bangsa Dayak punah. Bukan secara fisik tetapi secara peradaban bisa terjadi seperti pada zaman abad ke-18 ke bawah, jaman kolonial dan penjajah ingin menghilangkan identitas, bukan suku lagi, tapi bangsa Indonesia secara utuh. "Maka dari itu kita tidak ingin hal tersebut terulang. Artinya, beliau berbicara tentang peradaban," tuturnya.
Pokok pikiran kedua yaitu, NKRI jangan sampai tidak utuh, karena bangsa Indonesia terbentuk berdasarkan pulau-pulau, dimana salah satu pulau yang ada di Nusantara ini salah satunya didiami suku Dayak. Artinya, lanjut dia, jika Dayak punah, otomatis NKRI sudah tidak utuh.
Pokok pikiran ketiga, Cornelis tidak ingin masyarakat Dayak selalu menjadi beban negara, dimana ini erat kaitannya dengan isu lingkungan. Masyarakat Dayak selama ini identik dengan hutan, sehingga SDM yang ada harus mampu mengelola dengan bijak sumber daya alam ada.
"Untuk menjawab hal tersebut, tentu kita ingin berkongres, tidak bisa hanya seminar, jika seminar hasilnya adalah rekomendasi, rekomendasi bisa dipakai dan tidak, namun jika kongres, hasilnya adalah keputusan yang tentu harus ditetapkan, sehingga hasil kongres itu harus mampu merumuskan protokol bangsa Dayak," katanya.
Akim menambahkan, dalam kegiatan KDI yang dilaksanakan 26-27 Juli 2017 itu akan menghadirkan sejumlah pemateri yang berkompeten di bidangnya, termasuk sejumlah menteri Kabinet Kerja juga akan menjadi pembicara.
Tidak hanya itu, pada kegiatan itu juga ditargetkan akan dihadiri oleh 2.500 peserta, termasuk tamu dari duta besar negara sahabat. "Pada kegiatan ini nanti juga akan dihadiri oleh seluruh bangsa Dayak dari berbagai penjuru dunia," katanya.
Sebelumnya, Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Cornelis mengatakan, tujuan dari kegiatan Kongres Dayak Internasional tersebut untuk merumuskan butir-butir protokol Dayak, juga sebagai jembatan bagi bangsa Dayak antara masa lalu dan masa depan.
"Diharapkan dari protokol Dayak tersebut melahirkan butir-butir kepahaman bangsa Dayak akan esensi penciptaan manusia dan keaslian yang tidak tercampur dari dunia luar," kata Cornelis.
Selain itu, lanjutnya, kegiatan itu juga bertujuan untuk melahirkan deklarasi Bangsa Dayak dunia sebagai refleksi butiran protokol yang memuat pernyataan sikap bangsa Dayak dalam menghadapi struktur zaman yang dinamis.
"Khusus untuk Indonesia, melalui Kongres ini juga kami tidak ingin ada yang mengatakan bahwa Dayak itu kafir dan primitif, karena di dalam Dayak ini juga terdiri dari berbagai macam agama, termasuk Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha bahkan Konghuchu," katanya.
Cornelis menegaskan bahwa selama ini Dayak sudah menjadi bagian dari bangsa Indonesia karena juga telah berkontribusi dalam kemerdekaan serta mengisi pembangunan Indonesia. "Dayak tidak ingin menjadi beban dari negara ini, namun kita juga ingin berkontribusi bagi pembangunan," kata Cornelis.
Sementara itu, Sekretaris Kongres Dayak Internasional, Gusti Hardiansyah mengatakan, dari hasil kegiatan itu pihaknya akan menyampaikan berbagai konsep yang ada ke seluruh dunia. "Terutama mengenai konsep bagaimana suku Dayak menjaga hutan, peran Dayak dalam sosial, ekonomi dan politik," katanya.