REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) telah melakukan pemantauan terhadap kebakaran hutan dan lahan akibat musim kemarau.
"Kami diingatkan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), karena memasuki puncak kemarau kering," kata Kepala Pelaksana BPBA, Yusmadi di Banda Aceh, Rabu (19/7).
Dia mengatakan hal tersebut usai membuka lokakarya sinergitas peran pelaku usaha dalam penanggulangan bencana di Aceh yang dihadiri para pemangku kepentingan.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menginformasikan bahwa puncak musim kemarau terjadi selama dua bulan, yakni Agustus dan September 2017.
Setiap daerah, terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kini secara aktif memantau di kawasan yang rawan terbakar. "Saya sudah meneruskan surat dari BNPB kepada seluruh kabupaten/kota di Aceh, agar siap siaga dalam menghadapi kebakaran lahan," katanya.
Kepala BPBD Aceh Besar, Ridwan Jamil melaporkan, kebakaran lahan menghanguskan sekitar 1,5 hektare di kawasan Seulimeum. "Hingga pukul 15.30 Wib kemarin (Selasa, 18/7), kami terus padamkan kobaran api di Seulimeum," ujarnya.
Ia menuturkan, lahan yang terbakar tersebut merupakan milik warga setempat dan ditumbuhi ilalang dalam kondisi kering di Kecamatan Seulimeum.
Dalam dua bulan terakhir di tahun ini kebakaran lahan terus terjadi pada beberapa kecamatan dari daerah yang memiliki total 23 kecamatan.
Pihaknya menduga penyebab kebakaran karena dipicu oleh tindakan warga yang membuka lahan untuk dijadikan lokasi pertanian atau perkebunan dengan cara membakar. "Saat ini kan, musim kering. Jadi lahan gampang terbakar mengingat ini musim kemarau. Namun kami belum pernah mendapatkan pelakunya," katanya.