Senin 17 Jul 2017 17:15 WIB

Mahasiswa UMY Ciptakan Lampu Bersumber Listrik Air Laut

Alat Life Water.
Foto: Dokumen
Alat Life Water.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah laut terluas di dunia. Hal tersebut dimanfaatkan oleh nelayan untuk mencari ikan demi memenuhi kebetuhan sehari-hari.

Pada prosesnya nelayan di pesisir masih menggunakan lampu petromak yang berbahan bakar minyak tanah untuk melakukan aktivitasnyaa. Di sisi lain, lampu tersebut juga memiliki keterbatasan seperti, kurang ramah lingkungan serta harga yang relatif mahal.

Oleh karenya untuk membantu fasilitas nelayan dalam proses mencari ikan tersebut, salah satu tim Pekan Kreatif Mahasiswa - Karya Cipta (PKM-KC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membuat inovasi Life Water (Lighting For Fisherman Powered by Sea Water).

Tim PKM-KC tersebut terdiri dari empat mahasiswa Fakultas Teknik yaitu Fazal Hawari (prodi Teknik Elektro 2015), Febi Fauzan Azmi (prodi Teknik Elektro 2014), Amir Malik Hizbullah (prodi Teknik Elektro 2014), Joko Suprayitno (prodi Tekknik Elektro 2014), dan Salman Al-Farisi (prodi Teknik Elektro 2015). Tim PKM-KC tersebut dibantu oleh Dr Ramadoni Syahputra, sebagai dosen pembimbing.

Life Water karya tim PKM-KC tersebut merupakan sebuah teknologi yang berfungsi untuk memberikan pencahayaan saat malam hari bagi para nelayan terutama pada saat menangkap ikan. Ini merupakan alat yang digunakan untuk pencahayaan.

“Alat yang bentuknya berupa lampu ini kami buat untuk membantu nelayan saat mencari ikan di malam hari. Kelebihan dari alat yang kami buat ini adalah lebih efisien dan efektif penggunaannya serta ramah lingkungan, karena sumber energi untuk memantulkan cahaya yang dihasilkan berasal dari air laut," papar Fazal Hawari, selaku ketua tim PKM-KC, dalam siaran pers, Senin (17/7).

Lebih jauh Fazal menjelaskan penggunaan alat ini lebih efisien daripada lampu petromak karena bisa memancarkan cahaya lebih jauh. Alat ini juga tidak perlu menggunakan baterai, dilengkapi dengan pengatur tegangan untuk mengatur kecerahan cahaya LED pada saat digunakan, sehingga cahaya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

“Selain itu, alat ini juga tidak perlu di-charge hanya perlu isi ulang air laut dalam kurun waktu lama. Jadi penggunaannya lebih lama dibandingkan dengan lampu petromak," jelas dia.

Cara kerja Life Water tersebut menurut Fazal adalah dengan memanfaatkan dua jenis elektroda yaitu karbon dan tembaga yang dimasukan ke dalam air laut, sehingga bisa menciptakan kutub positif dan negatif. Kemudian kutub-kutub tersebut dihubungkan dengan pengatur tegangan, kemudian dihubungkan lagi dengan LED super bright.

“Dengan sistem seperti ini maka rangkaian akan menjadi tertutup (Loop System), artinya electron yang dihasilkan dari air laut akan bergerak melalui elektroda menuju pengatur tegangan yang kemudian menuju LED super bright, sehingga dapat menyalakan LED.

Listrik sebagai sumber tenaga yang dihasilkan dari alat ini untuk menyalakan lampu Light-Emitting Diode (LED) ini nantinya juga dapat meningkatkan radius penerangan yang lebih jauh dibandingkan dengan lampu petromak,” ujar Fazal lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement