Sabtu 15 Jul 2017 22:14 WIB

BPPT Gunakan Drone Petakan Jalur KA Jakarta-Surabaya

Drone
Drone

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menguji drone atau Pesawat Udara Nirawak (Puna) Alap-alap tipe PA-4 untuk pemetaan jalur kereta api cepat Jakarta-Surabaya sepanjang Cirebon sampai dengan Tegal.

"Alap-alap salah satu dari beberapa jenis yang dikembangkan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT. Memang didesain untuk surveillance, mendapatkan informasi strategis dari lapangan," kata Kepala BPPT Unggul Priyanto saat uji coba pemetaan jalur kereta api cepat dari Cirebon s/d Tegal di Bandara Calrabuwana, Cirebon, Sabtu (15/7).

Meski demikian, menurut Unggul Priyanto, kemampuan drone ini juga bisa dimaksimalkan untuk kebutuhan sipil seperti pemetaan untuk pembangunan.  Kereta cepat Jakarta-Surabaya sebagai salah satu proyek pembangunan yang hendak dikembangkan pemerintah tentu membutuhkan kajian tepat, yang salah satunya melalui pemetaan akurat sepanjang rencana jalur kereta cepat tersebut.

"Pada jalur ini ternyata ada tikungan-tikungan yang cukup tajam yang perlu diperhitungkan dengan cermat, sehingga perlu pemetaan yang akurat untuk pengkajiannya. Kalau harus dipetakan melalui jalur darat akan butuh waktu lama, karenanya kita coba dengan drone," ujar Untung.

Sementara itu,Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandoe mengatakan uji coba pemetaan jalur kereta cepat Jakarta-Surabaya pada bagian Cirebon s/d Tegal sejauh kurang lebih 86 kilometer (km) yang terbagi dalam 13 seksi dilakukan dalam dua hari yakni 15 s/d 16 Juli 2017.

Pemetaannya menggunakan wahana Alap-alap PA-4 yang dilengkapi kamera Sony Alpha6000 dengan resolusi 24 megapixels (6000x4000 pixles) seberat 344 gram. Kamera ini juga dilengkapi dengan lensa Sony E-Mount Lens 20 mm.

Hasil pemetaan pada seksi Cirebon-Tegal ini, ia mengatakan akan dibandingkan dengan hasil pemetaan dengan Lidar yang juga akan dilakukan BPPT minggu depan. Jika hasilnya baik maka teknik ini bisa disandingkan dengan Lidar namun dengan biaya yang jauh lebih murah.

Menurut Wahyu, teknologi drone yang pengembangannya sudah masuk Tahapan Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Level/TRL) 8-9 atau yang sudah siap diproduksi oleh industri ini juga akan dicoba dipasangi Ultra Lidar, sehingga akan semakin cepat digunakan untuk pemetaan.

Alap-alap yang memiliki bobot 30 kilogram (km) dan mampu terbang hingga ketinggian 10.000 kaki dengan kecepatan maksimal 65 knots ini juga telah diuji di Pangandaran beberapa waktu lalu dan berhasil menjelajah selama tujuh jam nonstop sejauh 150 km.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement