REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Pol Budi Gunawan menilai Indonesia sangat rentan dan rapuh serta mudah terjadi konflik. Hal tersebut disampaikannya saat memberikan amanah dalam acara Halaqah Nasional Alim Ulama se-Indonesia yang diselenggarakan Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) di Hotel Borobudur, Jakarta.
Ia mengatakan, Indonesia dengan 250 juta penduduknya telah mengalami pengelompokan. Terjadinya pengelompokan akibat adanya operasi-operasi intelijen dari kelompok polarisasi negara terhadap negara Indonesia.
"Sehingga negara kita sangat rentan dan rapuh, sangat mudah terjadi konflik, sangat mudah untuk diprovokasi dan pecah," kata Jenderal Pol Budi saat memberikan Amanah di acara Halaqah Nasional, Kamis (13/7).
Ia juga menjelaskan tentang dunia multipolar. Multipolar asal katanya polarisasi yang artinya pengelompokan. Hal ini menggambarkan di dunia sekarang banyak terjadi pengelompokan-pengelompokan. Pengelompokan secara geopolitik dan geostrategi dari negara-negara di dunia. Menurutnya, dunia multipolar jugalah yang menjadi cikal bakal proxy war.
"Kalau dulu ada dua kubu (kelompok) sekarang sangat banyak," ujarnya.
Ia mencontohkan di Asia, ada kelompok Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Pasifik. Pengelompokan juga terjadi di Timur Tengah, Eropa dan lain-lain. Kelompok-kelompok tersebut melakukan operasi di negara-negara yang menjadi target atau tujuan.
Ia menegaskan, mereka juga menjadikan Indonesia menjadi salah satu target operasi. Sehingga terjadi pengelompokan-pengelompokan di negara Indonesia. Sekarang sudah mengancam keutuhan dan keberlangsungan ideologi Pancasila.
Jadi, menurutnya, kalau bicara tentang ancaman kepada Indonesia yang lebih spesifik. Di era globalisasi saat ini peran dan fungsi intelijen semua negara sangat penting. "Karena tantangan yang dihadapi setiap negara terutama Indonesia semakin berat dan kompleks," ujarnya.