Rabu 12 Jul 2017 13:25 WIB

Bupati Heran Bila Petani Tembakau Dimusuhi

Rep: WAHYU SURYANA/ Red: Indira Rezkisari
 Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo.
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengaku heran, bila ada pertentangan dari petani tembaku atas kawasan tanpa rokok. Sebab, langkah itu bertujuan mengurangi tembakau impor yang jumlahnya jauh melampaui tembakau lokal di Indonesia.

"Kenapa musti berkelahi dengan petani tembakau, wong bisa mengurangi jumlah prokok sambil meningkatkan produksi tembakau kita," kata Ketua Aliansi Bupati dan Wali Kota Peduli Kawasan Tanpa Rokok tersebut, Rabu (12/7).

Ia menuturkan, saat ini produksi tembakau Indonesia terbilang masih kurang banyak, baru 190 ribu ton setahun. Sedangkan, impor tembakau yang dilakukan Indonesia mencapai sekitar 330 ribu ton yang menunjukkan ada kesenjangan.

Hasto menekankan, fakta ini yang seharusnya dipahami semua, termasuk petani tembakau, sehingga tidak ada kekhawatiran kalau tembakaunya tidak laku. Terlebih, data yang didapat sejak 1973-2015, persentase lokal semakin mengecil.

"Makanya, kok khawatir tembakaunya tidak laku wong kita masih impor, sayang uangnya dikasih ke luar mending kita gunakan produksi sendiri," ujar Hasto.

Selain itu, ia menitikberatkan persoalan itu kepada anak-anak muda yang belum berpenghasilan dan usia berkembang. Menurut Hasto, mereka harus betul-betul dicegah semaksimal mungkin agar tidak merokok atau menjadi perokok.

"Mudah-mudahan dengan mengurangi perokok usia remaja, turut mengurangi konsumsi rokok," kata Hasto. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement