REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan sedikitnya lima negara melalui lembaga swadaya pengelolaan restorasi lingkungan dunia siap membantu merehabilitasi kerusakan lahan dan hutan di daerah ini akibat kebakaran pada musim kemarau pada 2015.
"Lima negara di dunia itu menyatakan siap membantu untuk merehabilitasi kerusakan hutan dan lahan Sumsel pada 11 titik atau seluas 736 ribu hektare akibat kebakaran hutan dan lahan pada 2015," kata Alex Noerdin di Palembang, Rabu (5/7).
Kelima negara atau lima NGO internasional itu siap membantu pemulihan lahan dan hutan Sumsel setelah Alex Noerdin berkunjung di 15 negara di dunia sekaligus menjadi pembicara pada sejumlah seminar internasional membahas soal penanganan dan pengelolaan kelestarian lahan dan hutan.
Alex mengatakan tidak mudah meyakinkan pihak internasional agar mereka mau membantu Sumsel merehabilitasi kerusakan lahan dan hutan di 11 titik itu. "Tapi itulah tugas dan tanggung jawab saya selaku gubernur. Oleh karena itu para bupati dan wali kota di Sumsel harus mampu mengurusi wilayah masing-masing. Jangan kemana-mana," kata dia.
Ia menjelaskan, meski sekitar 300 ribu hektare dari 736 ribu haktera lahan dan hutan yang terbakar itu bisa pulih sendiri dengan tumbuhnya kembali ilalang dan semak belukar. Tapi, sisanya sekitar lebih kurang seluas 400 ribu hektare yang mengalami kerusakan parah butuh biaya besar. Namun, APBN dan APBD Sumsel tidak mencukupi mendanai pemulihan itu sehingga perlu dukungan pihak internasional.
Pada 2015, Alex mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi di tiga wilayah Sumatra dan empat wilayah di Kalimantan. Ketika lahan dan hutan Sumsel mengalami kebakaran dampak musim kemarau panjang pada 2015 sehingga menimbulkan asap cukup tebal hingga ke negara tetangga menjadi perhatian cukup serius bagi pemerintah daerah dan pusat.
Sejak itu, Pemprov Sumsel mencanangkan dan menjamin tidak akan ada lagi kebakaran hutan dan lahan hingga 2017. Satgas kebakaran lahan dan hutan di Sumsel kini menjadi yang terbaik dan terdepan di Indonesia karena mampu mengantisipasi dan mengatasi bencana tersebut.
"Padahal musim kemarau pada 2017 lebih panjang, lebih bahaya, dan lebih panas dibanding tahun 2015, namun itu bisa diatasi semua oleh satgas kita," ujar Alex.