Ahad 18 Jun 2017 22:56 WIB

TGB: Jangan Benturkan Islam dan Pancasila

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Indira Rezkisari
 Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi memberikan sambutan pada Seminar Nasional Dari Nahdlatul Wathan Untuk Indonesia Jejak Perjuangan Tuan Guru KH. Muhammad Zainudin Abdul Madjid (1904-1997) di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (5/4).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi memberikan sambutan pada Seminar Nasional Dari Nahdlatul Wathan Untuk Indonesia Jejak Perjuangan Tuan Guru KH. Muhammad Zainudin Abdul Madjid (1904-1997) di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (5/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Maraknya isu perpecahan yang didengung-dengungkan terhadap umat Islam membuat sebagian masyarakat semakin gerah, tak terkecuali Tuanku Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi. Menurutnya paradigma yang membenturkan Islam dengan pancasila atau keberagaman bukanlah hal yang bisa dibenarkan.

Bahkan menurut TGB Islam dan kebangsaan Indonesia menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. "Jangan mempertentangkan Islam dan kebangsaan. Karena kebangsaan itu fitrah. Hal ini diperlihatkan Rasulullah SAW saat meninggalkan Makah," katanya saat memberi tausiah dalam acara Kampus Ramadhan di Masjid Majahidin UNY, Ahad (18/6).

Menurutnya Rasulullah sangat mencintai Makkah sebagai tempat kelahiran beliau. Maka itu cinta terhadap Tanah Air adalah sesuatu yang wajar dan wajib dipelihara. Keislaman seseorang juga tidak dapat menghalangi rasa cintanya terhadap bangsa dan Tanah Air.

Saat Rasulullah SAW pindah ke Madinah, beliau juga menghadapi kondisi masyarakat yang sangat beragam. Namun beliau tidak menganggapnya sebagai ancaman dan menghadapinya dengan cara yang frontal. Melainkan memposisikan keberagaman tersebut sebagai modal besar bagi bangsa Arab untuk bersatu.

Di situlah beliau menyusun konsensus bersama berupa Piagam Madinah. TGB menegaskan, hal yang sama juga terjadi pada bangsa ini. Di mana secara bersama-sama sadar menyusun Pancasila sebagai konsensus bersama. Sehingga jika dilihat dari sisi sejarah, posisi Pancasila itu tidak jauh berbeda dengan Piagam Madinah.

"Maka itu mari kita perbanyak kosa kata kemanusiaan," kata TGB. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan agar kita semakin memahami makna keberagaman. Di sisi lain, Rasulullah SAW juga banyak berbicara dari perspektif kemanusiaan, bukan hanya keagamaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement