Kamis 08 Jun 2017 06:19 WIB

Pusat Perikanan di Sumbawa Bawa Dampak Positif Nelayan Kecil

Nelayan tradisional membenahi jaring (ilustrasi).
Foto: Antara
Nelayan tradisional membenahi jaring (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, -- Pusat konstruksi dan pabrik pengelolaan ikan di Teluk Santong, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, diharapkan dapat memberi dampak positif, khususnya bagi nelayan kecil tradisional Indonesia.

Presiden Direktur PT Bali Seafood International, Gerald C Knecht mengatakan, pabrik pengelolaan ikan mengusung satu model bisnis yang mendukung sebagian besar atau semua dari program pemerintah.

"Dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam rangka mengembangkan dan mendukung keberlangsungan perikanan dan mendukung nelayan skala kecil di Indonesia," ujar Gerald, kemarin.

Model industri yang dihadirkan yaitu triple bottom line, sebuah model yang tidak hanya memperhatikan aspek finansial, tetapi juga sosial dan lingkungan.

"Atau yang dikenal juga dengan people, planet dan profit," ujar Gerald.

Dari tiga hal tersebut, menjaga keberlangsungan kekayaan laut menjadi hal utama. Karena itu dalam praktiknya Gerald mengatakan, pihaknya juga memberikan pemahaman dan pelatihan akan pentingnya menjaring ikan secara berkelanjutan.

Diantaranya adalah memberikan pelatihan memancing yang efektif, memberikan pemahaman bentuk dan ukuran ikan yang terbaik untuk ditangkap, juga cara penanganan ikan saat sudah di atas kapal. Semua itu penting untuk diketahui agar dapat memberikan harga jual ikan yang baik untuk nelayan.

Termasuk memberikan pelatihan manajemen uang dan pembiayaan mikro yang dapat mereka manfaatkan di saat musim melaut tidak memungkinkan.

"Indonesia adalah pusat biodiversity dunia, karena itu penting untuk memastikan kekayaan sumber daya laut Indonesia. Karena itu pula kami bekerja sama dengan nelayan-nelayan kecil tradisional," ujar dia.

Lebih lanjut Gerald mengatakan, kehadiran pabrik pengolahan ikan nantinya juga akan memberi nilai tambah bagi nelayan. Karena jalur distribusi menjadi lebih ringkas, dimana nelayan langsung membawa hasil lautnya ke pabrik untuk kemudian dilakukan pengemasan.

"Nelayan tradisional banyak yang tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang baik di perahu kecil mereka. Penanganan yang tidak baik itu dapat membuat kerugian mencapai 60 persen karena ikan tidak lagi segar," kata dia.

Karena itu ia berharap dukungan berbagai pihak agar pabrik dapat segera beroperasi dan memberikan dampak langsung bagi nelayan, khususnya nelayan tradisional.

"Dalam bisnis model berkelanjutan yang telah berjalan di beberapa negara seperti New Zealand, Ghana, Sierra Leone dan Oman ini juga banyak memberikan manfaat lain yang berfokus pada triple bottom line, diantaranya

Sebelumnya Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi menyambut baik program kerjasama dan investasi tersebut. Dirinya berharap agar proyek kerja sama ini dapat memberikan dampak positif bagi para nelayan tradisional di NTB.

"Selama bermanfaat bagi masyarakat, kami siap beker jasama dalam pencanangan pusat perikanan ini dan harapan besar disertai keseriusan PT BSI," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement