Rabu 07 Jun 2017 23:26 WIB

Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Mewabah di Purbalingga

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Ilham
Mengetes panganan mengandung bahan berbahaya seperti boraks dan formalin. (ilustrasi).
Foto: Antara
Mengetes panganan mengandung bahan berbahaya seperti boraks dan formalin. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam berbagai jenis penganan yang dijual di wilayah Purbalingga, ternyata sudah cukup meluas. Hanya dalam dua hari pemantauan pengawasan makanan di pasar Bantarbarang Kecamatan Rembang dan pasar Kutawis Kecamatan Bobotsari, petugas menemukan jenis makanan atau bahan makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya.

''Kebanyakan bahan kimia yang digunakan adalah formalin, boraks, dan pewarna pakaian. Tiga jenis bahan kimia ini ditemukan di cukup banyak jenis makanan,'' jelas Samsul Arifin, seorang petugas penguji makanan dari Dinas Kesehatan Purbalingga, Rabu (7/6).

Menurut dia, dari hasil pengambilan sampel makanan di Pasar Bantargebang, dari 9 sampel makanan yang diambil, 5 sampe positif mengandung formalin, 4 positif mengandung bahan pewarna pakaian. Sedangkan di Pasar Kutawis, dari 17 sampel yang diambil ada 5 yang positif formalin, 2 positif menggunakan zat pewarna pakaian.

Yang memprihatinkan, kata Saamsul, jenis makanan tersebut saat ini semakin beragam. Bahan formalin antara lain ditemukan pada jenis makanan baso super, otak-otak, empek-empek, ikan bandeng segar, dan juga ikan asin teri. Kemudian bahan kimia zat pewarna tekstil terdapat pada kerupuk canthir.

''Bahkan sekarang ini, ada berbagai modus baru mencampur bahan kimia dalam makanan. Informasi yang saya dapat, ada pedagang yang mencampur boraks langsung di kuah bakso atau mie, sehingga makanan yang direbus di kuah itu akan kenyal,'' katanya.

Terkait hal tersebut, Samsul meminta warga masyarakat lebih waspada saat membeli makanan di pasar. Terutama bila kondisi bahan makanan terlihat memiliki warna menyolok dan memiliki kekenyalan yang tidak biasa.

Dia juga menyebutkan, menguji makanan yang mengandung formalin bisa dilakukan melalui visual. Antara lain, makanan basah seperti baso, mi basah, atau otak-otak yang mengandung formalin, kalau ditekan akan terasa sangat kenyal.

Sementara untuk makanan yang mengandung boraks, pengujiannya bisa dengan menggunakan tusuk gigi yang telah dilumuri kunyit kemudian dijemur sampai kering. ''Gunakan tusuk gigi itu untuk menusuk makan yang mengandung formalin dan diamkan beberapa detik. Jika mengandung boraks, maka warna kuning kunyit pada tusuk gigi akan berubah coklat,'' jelasnya.

Lebih dari itu, kata Samsul, pengujian juga bisa dilakukan dengan cara visual yang lebih sederhana. Antara lain, bila melihat daging atau makanan lain tidak dihinggapi lalat, maka makanan itu perlu dicurigai. ''Kalau ada tanda-tanda seperti itu, masyarakat sebaiknya tidak usah membeli,'' katanya.

Dia menyebutkan, makanan yang sudah dicampur bahan kimia, meski dicuci dengan cara apa pun tidak akan bisa hilang. Termasuk dengan menggunakan air panas, juga tidak akan menghilangkan formalin atau boraks karena keduanya bersifat sistemik atau merasuk ke dalam makanan.

Salah satu pedagang pasar Kutawis, Yati (42), mengaku menjual otak-otak yang ternyata mengandung formalin. Dia mengaku sebelumnya tidak tahu bila mengandung bahan berbahaya, karena dalam kemasannya tercantum nama merek dan ada nomor PIRT-nya. ''Otak-otak itu kami beli di pedagang yang ada di Pasar Segamas Kota Purbalingga,'' katanya.

Dia menyatakan, setelah mengetahui ada formalinnya, dia akan mengembalikan semua jenis makanan tersebut. ''Saya akan kembalikan pada agennya. Biasanya, pihak agen akan mengganti dengan uang sejumlah yang telah dibayarkan sebelumnya,'' jelas Yati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement