Rabu 07 Jun 2017 23:03 WIB

Kondisi Terumbu Karang Indonesia Mengkhawatirkan

Rep: Kabul Astuti/ Red: Ilham
Terumbu karang (ilustrasi).
Foto: Antara
Terumbu karang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis data terbaru status kondisi terumbu karang Indonesia pada 2017. Hasil pengamatan terbaru ini menunjukkan kondisi terumbu karang di perairan Indonesia perlu diwaspadai.

Sekitar 35,15 persen terumbu karang dalam kondisi jelek, 35,06 persen dalam kondisi cukup, 23,40 petsen dalam kondisi baik, dan hanya sekitar 6,39 persen terumbu karang yang masih dalam kondisi sangat baik. Pengamatan ini dilakukan di 108 lokasi dan 1064 stasiun pantau di seluruh perairan Indonesia.

Pengukuran kondisi ini didasarkan pada persentase tutupan karang hidup, yaitu kategori sangat baik dengan tutupan 76-100 persen, baik (tutupan 51-75 persen), cukup (26-50 persen), dan kategori jelek dengan tutupan di bawah 25 persen.

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dirhamsyah mengatakan, berdasarkan hasil monitoring jangka panjang sejak 1993, secara umum terjadi kecenderungan peningkatan kondisi terumbu karang Indonesia ke arah yang lebih baik. Namun, di penghujung 2016 terjadi sedikit penurunan.

Menurut Dirhamsyah, hal ini disebabkan pada 2015 dan 2016 hampir di seluruh perairan Indonesia dilaporkan terjadi pemutihan karang yang diikuti dengan infeksi penyakit dan serangan hama. "Kejadian pemutihan karang ini disebabkan oleh kenaikan suhu air laut akibat fenomena anomali cuaca el-Nino, dan para ahli memperkirakan pemutihan karang akan sering terjadi di masa yang akan datang akibat kombinasi dengan perubahan iklim dan pemanasan global," ujar Dirhamsyah.

Ia melanjutkan, hasil pengamatan di lapangan pada beberapa lokasi masih ditemukan aktivitas perusakan, seperti penangkapan ikan menggunakan bom, pencemaran, dan peningkatan pengembangan di wilayah pesisir. Dirhamsyah juga mencatat, walaupun kondisi terumbu karang sangat baik cenderung konstan, namun pada 2016 terjadi kenaikan sebesar 1,39 persen. Kenaikan ini dilihatnya sebagai indikasi peningkatan luasan dan efektivitas kawasan konservasi perairan, serta upaya rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang di Indonesia.

"Data status terumbu karang pada tahun ini diharapkan dapat digunakan dalam penyusunan kebijakan, upaya rehabilitasi, pengelolaan dan konservasi terumbu karang nasional, serta memberi prediksi kondisinya di masa yang akan datang," ujar Dirhamsyah.

Pengumpulan data kondisi terumbu karang Indonesia ini merupakan tanggung jawab Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sebagai Walidata Karang Indonesia. Peneliti senior Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Suharsono menjelaskan, sebaran terumbu karang Indonesia ditemukan, mulai dari perairan Sabang sampai Merauke.

Suharsono menuturkan, konsentrasi sebaran tertinggi berada di bagian tengah dan timur perairan Indonesia, meliputi perairan Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku. Lokasi ini sekaligus menjadi pusat segitiga keanekaragaman karang dunia.

Hasil pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25 ribu kilometer persegi atau sekitar 10 persen dari total terumbu karang dunia yang luasnya mencapai 284.300 kilometer persegi. Penyumbang terbesar sekitar 34 persen dari luas terumbu karang berada di wilayah segitiga karang dunia.

Sebagai pusat segitiga karang dunia, Suharsono memaparkan, Indonesia memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi, yakni 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku dari total 845 jenis karang di dunia. Jenis karang famili Fungiidae misalnya, 90 persennya ditemukan di perairan Indonesia atau 41 jenis dari total 43 jenis yang ada di dunia.

"Sebagai contoh lain, jenis karang Acropora di Indonesia mencapai 94 jenis dari total 124 jenis atau dapat dikatakan sekitar 70 persen karang Acropora ditemukan di Indonesia, sedangkan di perairan Karibia hanya ditemukan tiga jenis karang Acropora," imbuh Suharsono.

Jenis karang dengan sebaran terbatas sekaligus share stock dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik juga ditemukan di perairan Indonesia, antara lain Acropora kasuarini, Acropora rudis, dan Acropora turtuosa.

Adapun, jenis-jenis endemik yang ditemukan di perairan Indonesia, antara lain Acropora suharsonoi, Isopora togeanensis, Acropora desalwi, Indophyllia macasserensis, dan Euphyllia baliensis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement