Selasa 06 Jun 2017 12:47 WIB

Puluhan Ekor Sapi Mati Mendadak di Kupang

Sapi NTT
Sapi NTT

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sebanyak 30 ekor sapi di dusun Binilaka, Desa Oeltua, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam tiga bulan terakhir ini dikabarkan mati mendadak. Diperkirakan jumlah ini masih akan terus bertambah apabila tidak cepat ditangani.

David Fenais (45) warga Dusun Binilaka, Desa Oeltua, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang di Kupang, Selasa (6/6) mengaku kaget dan kecewa dengan kejadian yang menimpa para peternak di desa ini. Ia mengatakan rata-rata sapi yang mati nampak terlihat adanya pembengkakan di kepala dan leher. Masa bertahan hidupnya hanya maksimal tujuh hari sejak diserang virus itu.

Rata-rata terlihat adanya pembengkakan di kepala dan leher sapi baik sapi induk betina, jantan maupun anak sapi. Umumnya sapi-sapi itu hanya sanggup bertahan paling lama satu pekan saja setelah itu mati," katanya.

Dia mengaku telah melaporkan kejadian ini kepada kepala desa agar secepatnya dicarikan jalan keluar, sehingga mencegah bertambahnya jumlah sapi peliharaan warga yang mati.

Apalagi kata dia saat ini masih terdapat sekitar puluhan lagi sapi yang tengah menderita sakit. Apabila tidak cepat ditangani dikhatirkan akan merugikan peternak yang ada.

Salah satu tokoh masyarakat di lingkungan itu, Yuventus Beribe terpisah membenarkan kejadian yang menimpa para peternak di desa itu. Dia pun meminta aparat sipil negara berkompeten di Kabupaten Kupang untuk segera mengatasi masalah itu pada kesempatan pertama. "Warga sangat berharap adanya perhatian dan intervensi dari pemerintah kabupaten setempat dengan mendatangi lokasi dan melakukan penyelidikan sebab musababnya lalu melakukan pengobatan," katanya.

Sebab menurut mantan Lurah Penfui Kupang itu, selama ini populasi sapi di daerah ini cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam dan luar NTT.

Dalam setahun terakhir ini daerah ini telah mengantarpulaukan sapi potong ke Jakarta dan Kalimantan untuk memenuhi stok daging disana.

Namun meskipun demikian, semua pihak perlu mengoptimalkan populasi yang ada dengan berbagai stategi dan teknis sehingga tetap berkesinambungan populasinya.

Menurut dia, tingkat pengoptimalan populasi sapi yang ada di daerah penting untuk memenuhi defisit akan daging sapi bisa saja dilakukan dengan penggemukan ketimbang pembesaran atau dilepas bebas dipadang hingga usia tertentu baru dilepas ke pasar.

Karena selain dagingnya kurang berkualitas, tingkat perputaran ekonominya pun lambat karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memotong sapi. "Memilih sapi penggemukan lebih tepat ketimbang sapi bibit yang dilepas bebas di padang dengan waktu tertentu baru dipotong," katanya.

Ia mengatakan kabupaten yang memiliki populasi sapi potong lebih dari 100 ribu ekor berturut turut adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) 167,8 ribu ekor, Kabupaten Kupang 151,2 ribu ekor dan Kabupaten Belu 111,2 ribu ekor.  Sementara itu sapi perah hanya terdapat di 3 kabupaten, yakni TTS 23 ekor Belu 5 ekor dan Kupang empat ekor.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement