Kamis 01 Jun 2017 19:13 WIB

Buku Mewacanakan Kembali Demokrasi Pancasila Diluncurkan

Buku Mewacanakan Kembali Demokrasi Pancasila (Yang Diperbarui)
Buku Mewacanakan Kembali Demokrasi Pancasila (Yang Diperbarui)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap 1 Juni, diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Publik memperingati hari kelahiran ideologi bangsa Indonesia itu dengan aneka cara. Denny JA dan 18 intelektual, pemikir, aktivis, jurnalis meluncurkan buku Mewacanakan Kembali Demokrasi Pancasila (Yang Diperbarui)

Denny menyusun konsep buku tersebut berdasarkan preferensi publik yang memunculkan pro dan kontra. Di antara penulis, Rocky Gerung, Christianto Wibisono, Ali Munhanif, Mun'im Sirry, dan Hatta Taliwang.

"Kumpulan esai di buku ini selangkah lebih maju. Ketika banyak pihak menggaungkan kembali Pancasila, para penulis buku ini selangkah lebih jauh yaitu menerjemahkan Pancasila itu dalam tata kelembagaannya," katanya dalam keterangan tertulis kepada republika.co.id, Kamis (1/6).

Menurut pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu, terminologi Demokrasi Pancasila selama ini berasal dari sistem politik Orde Baru. "Beberapa elemen Demokrasi Pancasila era Pak Harto tak lagi relevan, misalnya:  Dwi Fungsi ABRI, Presiden dipilih MPR, hadirnya utusan golongan di MPR yang tidak dipilih. Reformasi dan amandemen UUD 45 sudah memperbaruinya," ujar Denny.

Dia juga mengungkapkan sebagian besar publik tak ingin Indonesia berubah menjadi negara Islam, atau kembali ke sistem otoriter, atau menuju demokrasi liberal yang ekstrem sekuler."Maka saatnya kita teguhkan kembali demokrasi pancasila (yang diperbarui) menjadi the only game in town. Negara hanya akan stabil jika ada kesepakatan dan konsensus nasional yang baru untuk mengakomodasi kepentingan dan paham politik yang beragam," kata Denny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement