Rabu 31 May 2017 14:12 WIB

Besok, Pemerintah Evakuasi WNI dari Marawi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ratna Puspita
Asap mengepul dari lokasi pertempuran di dekat masjid di Marawi City, Filipina Selatan.
Foto: Erik De Castro/Reuters
Asap mengepul dari lokasi pertempuran di dekat masjid di Marawi City, Filipina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Pemerintah akan mengevakuasi 16 WNI dari Kota Marawi, Filipina, Kamis (1/6) besok. Belasan WNI itu terjebak di Marawi, yang sekarang menjadi lokasi baku tembak antara militer Filipina dan kelompok bersenjata Maute.

"Jadi insya Allah mungkin kalau situasi tidak memburuk, besok mungkin akan mulai dilakukan evakuasi dan semua perkembangan sudah saya laporkan kepada Presiden,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (31/5). 

Retno menjelaskan evakuasi 16 WNI itu dilakukan oleh tim gabungan dari KBRI dan juga KJRI. Rencananya, ada dua titik pemindahan warga Indonesia dari Marawi. 

Di lokasi pertama, ada empat orang tim evakuasi yang akan memberikan panduan proses pemindahan. Di lokasi kedua, tiga orang tim evakuasi akan bertanggung jawab terhadap proses pemindahan. 

Retno memastikan Indonesia sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Filipina. Termasuk dengan tim di lapangan dan otoritas di Kota Davao dan Kota Iligan. Ilgan merupakan kota di bagian utara Marawi dan menjadi tempat pengungsian. Davao merupakan kota terbesar di Filipina Selatan. 

Indonesia juga berkomunikasi baik dengan aparat militer dan kepolisian setempat. Ia menyampaikan, angkatan bersenjata dan polisi Filipina sudah menyetujui proses evakuasi 16 WNI. 

Angkatan bersenjata Filipina (AFP armed forces) dan Kepolisian Nasional Filipina (PNP) akan memberikan izin melintas (safe conduct pass) kepada tim evakuasi Indonesia. 

AFP dan PNP juga akan menyediakan pasukan di sepanjang rute evakuasi WNI. "Pengawalan sudah, pass-nya kita sudah dapat,” kata Retno.

Tim evakuasi Indonesia juga telah mengajukan bantuan pengawalan keamanan dari Iligan ke Marantao. Proses perpindahan ini akan melalui wilayah Kota Marawi.

"Kita juga mengajukan permohonan bantuan escort. Tim evakuasi sekarang sedang merencanakan rute-rute yang akan dilalui,” ujar Retno.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di Mindanao, menyusul baku tembak yang terjadi antara kelompok Maute dan tentara Fillipina di Marawi. 

Baku tembak terjadi setelah polisi dan angkatan bersenjata Filipina melaksanakan perintah penahanan terhadap Isnilon Hapilon. Hapilon merupakan pentolan kelompok Abu Sayyaf dan penghubung ISIS. Kemudian, kelompok militan pun melakukan perlawanan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement