REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono mengatakan mewaspadai dampak konflik militan ISIS dan militer Filipina di Marawi, Filipina.
"Kita waspada harus siap siaga. Terlebih masuknya jaringan teror melalui celah-celah wilayah perbatasan NKRI," katanya di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (30/5).
Mulyono tidak menjelaskan berapa pasukan yang disiapkan di wilayah perbatasan NKRI dengan negara tetangga, seperti Filipina. Dia mengatajan tidak bisa dipungkiri aksi teoris muncul kapan saja dan dimana saja, karena itu TNI siap ikut mencegah munculnya jaringan kelompok teror baru.
"Kita harus waspada, kita harus siap siaga, semua jaringan deteksi dini, cegah dini kita siapkan di seluruh wilayah NKRI. Antisipasi itu di manapun kita berada, karena kita tahu teroris akan muncul, semua jajaran AD harus waspada dan siap siaga untuk deteksi dini," kata Mulyono.
Sebelumnya, militer dan aparat kepolisian Filipina baku tembak dengan sekelompok orang yang diduga ISIS di wilayah Marawi, Filipina. Bentrokan terjadi pada Selasa (23/5) waktu setempat, saat tentara Filipina melakukan penggerebekan terhadap kelompok militan Maute yang mengaitkan diri dengan kelompok radikal ISIS.
Militan Maute yang menguasai Kota Marawi, dilaporkan berhasil mengambil alih sejumlah gedung dan membakar sekolah, gereja, juga fasilitas penahanan setempat. Militer Filipina masih berupaya membebaskan kota tersebut dari kepungan Maute.
Soal peran TNI dalam penanggulangan terorisme, Mulyono menilai prajurit TNI AD siap digerakkan. "Kalau TNI AD dilibatkan, ikut saja," katanya.
Presiden Joko Widodo sebelumnya ingin unsur TNI dapat terlibat dalam praktik antiterorisme. Presiden pun meminta hal itu dimasukkan ke dalam Rancangan Undang-Undang Terorisme yang hingga kini masih dibahas di DPR RI.
Baca: 'Keterlibatan TNI Tangani Terorisme Patut Dipertimbangkan'