REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pencemaran air sungai di Kota Yogyakarta tergolong cukup berat. Pencemaran air sungai yang cukup berat setidaknya ditemukan di aliran sungai Winongo Yogyakarta. Sungai Winongo sendiri membelah sisi Barat Kota Yogyakarta.
Pencemaran air sungai winongo tersebut terkuak setelah dilakukan penelitian oleh Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) bersama kalangan akademisi dari Teknik Geologi UGM, Teknik Sipil Atmajaya, Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Kalijaga, dan Kelompok Studi Entomologi Fakultas Biologi UGM pada 30 April 2017 lalu.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa beberapa titik aliran sungai Winongo mengalami pencemaran berat.
Menurut Endang Rohjiani, Ketua FKWA Yogyakarta, pencemaran berat di aliran sungai Winongo itu terlihat dari pengamatan biotik di aliran sungai. Pencemaran terberat terlihat di aliran sungai segmen Mantrijeron, Yogyakarta.
"Indeks biotilik di segmen tersebut mencapai 1,6 ini termasuk tinggi," ujarnya, Rabu (17/5).
Sementara untuk Sungai Winongo segmen Tegalrejo hingga Pakuncen, hasil pengamatan menunjukan adanya pencemaran ringan. Karena indeks biotik di wilayah itu hanya 2,6 saja.
Indeks tersebut menurutnya dihitung dari sejumlah parameter yaitu keragaman jenis mikroorganisme invertebrata, keragaman jenis famili mikroorganisme invertebrate, prosentase kelimpahan mikroorganisme invertebrata EPT, dan penilaian indeks biotilik.
Kondisi kualitas sungai dengan indeks biotilik ini dibagi menjadi empat kategori yaitu tidak tercemar (3,3 s.d. 4.0), tercemar ringan (2,6 s.d. 3,2), tercemar sedang (1,8 s.d. 2,5) dan tercemar berat (1,0 s.d. 1,7).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Suyana mengatakan, semua sungai yang melintasi wilayah Kota Yogyakarta tercemar limbah bahkan kondisinya sudah di atas ambang batas saat kondisi kemarau.
"Pencemaran di hampir semua sungai yang melintas Yogya sudah di atas ambang batas," ujarnya. Pencemaran tersebut sebagian besar disebabkan limbah rumah tangga. Pencemaran itu juga sudah terjadi sejak dari hulu.
Untuk mengurangi pencemaran tersebut pihaknya sudah melakukan berbagai program antara lain melalui penataan kota tanpa kumuh (Kotaku), program munggah, mundur, madep kali (M3K), pembangunan taman di sekitar bantaran sungai, membuat instalasi pembuangan air limbah (Ipal) komunal, serta pembentukan bank sampah di masyarakat.