REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya bekerja sama dengan AMIK BSI Tasikmalaya menyelenggarakan sosialisasi mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Kegiatan yang dilaksanakan di aula AMIK BSI Tasikmalaya, Jawa Barat ini berlangsung selama dua hari, 9-10 Mei 2017.
Kegiatan yang merupakan salah satu program Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya ini diikuti oleh 400 mahasiswa. Mereka merupakan perwakilan dari 10 perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di Kota Tasikmalaya.
Sosialisasi tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr H Sarwono didampingi oleh Pelaksana Seksi Promosi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Widiawati dan Staf Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Yosep.
Selain itu, turut hadir Staf Bidang Kemahasiswaan AMIK BSI Tasikmalaya Miftah Farid Adiwisastra MKom dan staf BNN Kota Tasikmalaya Tuteng Budiman MSi.
Kegiatan yang dibuka dengan penandatanganan kain putih polos oleh seluruh peserta ini sebagai bentuk penerimaan atas program KTR. Program ini bertujuan untuk menurunkan angka-angka kesakitan pada perokok pasif. Selain itu, juga menurunkan tingkat perokok di kalangan anak muda terutama mahasiswa.
Dr H Sarwono mengatakan, untuk memperbaiki kesehatan harus diawali dari anak muda. Karena anak muda yang sangat rentan mencoba berbagai hal, terutama merokok. Sarwono menguraikan bahayanya merokok yang akan berdampak kematian bagi diri sendiri dan juga bagi orang-orang di sekelilingnya. “Sangat bahaya sekali jika di kalangan anak-anak balita dan muda yang dilingkungannya masih ada perokok,” tegas Sarwono.
Selain itu, peserta juga diberikan pemahaman mengenai berbagai penyakit yang disebabkan oleh rokok. “Rokok mengandung racun yang sangat banyak, di antaranya nikotin, tar dan kandungan gas racun karbonmonoksida. Kadungan tar dalam rokok ini akan membuat jantung menjadi busuk dan berwarna hitam,” ungkap Staf Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Yosep.
Staf BNN Kota Tasikmalaya Tuteng Budiman membahas tentang pencegahan, pemberantasan, peredaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan anak muda. Ia mengungkapkan, dari sekitar 800 ribu pengguna narkoba di Jawa Barat, rata-rata berasal dari anak muda yang berusia 20 hingga 30 tahun.
Menurut Tuteng, akar permasalahan narkoba berasal dari faktor gaya hidup, profesi baru, profit, diskriminasi, depenalisasi, narkoba jenis baru, serta masyarakat yang kurang paham akan masalah tersebut. “Jangan pernah sekali-kali anak muda memasuki dunia narkoba, baik itu sebagai pemakai terlebih sebagai pengedar,” tegas Tuteng.
Staf Bidang Kemahasiswaan AMIK BSI Tasikmalaya Miftah Adiwisastra Mkom mengatakan, pemilihan AMIK BSI Tasikmalaya sebagai tempat sosialisasi KTR karena merupakan salah satu kampus yang bebas rokok, semenjak didirikan hingga saat ini.
“Civitas akademi AMIK BSI Tasikmalaya, seluruhnya dari mahasiswa, staf maupun dosennya tidak ada yang merokok. Karena kami paham, sebagai lembaga yang mendidik generasi muda, sudah seharunya mahasiswa didik kami dapat mengimplementasikan hidup sehat,” ungkap Miftah.
Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa tidak hanya diberikan edukasi bahaya rokok maupun narkoba. Panitia pun melakukan tes urine terhadap 50 peserta. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan edukasi mengenai tes urine. Karena sekali menggunakan narkoba, meskipun ditutupi makanan, akan ketahuan melalui tes urine.