REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Suyatno mengatakan, Indonesia saat ini mengalami kondisi 'buta' moral yang pemimpinnya tidak mementingkan negara. Ia menjelaskan, hampir semua panutan atau pemimpin bertindak hanya untuk jangka pendek, yaitu mementingkan keinginan sesaat.
Ia menyebut para pemimpin ini bukanlah negarawan melainkan politisi. Sebab, negarawan adalah orang yang meletakkan kepentingan untuk negara dan mementingkan rakyat.
"Padahal, politik ini sangat mempengaruhi sistem pendidikan nasional," katanya saat seminar nasional bertema 'Kurikulum Kehidupan Menuju Revolusi Pendidikan', di aula Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka di Jakarta, Sabtu (13/5).
Ia menyontohkan, saat merancang undang-undang (UU) terkait sistem pendidikan nasional, prosesnya tak berjalan mulus. Bahkan, letak tanda baca titik dan koma saja dipermasalahkan. Padahal, setelah implementasi manfaatnya lebih dari hanya sekadar titik dan koma. "Artinya kita ini korban kebijakan," ujarnya.
Belum lagi sektor pangan, energi, hukum, hingga pendidikan yang belum berdaulat. Contohnya, pangan Indonesia masih banyak yang diimpor. Selain itu, masih ada sekelompok orang menguasai aset sehingga menciptakan kesenjangan. Akibatnya, ini bisa terjadi kerawanan sosial karena rakyat lapar. Untuk itu, ia meminta negara harus adil secara proporsional.