REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Petani hortikultura asal Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya mengeluhkan berkembangnya hama berupa bekicot dan virus putih yang menyerang daun cabai pada lahan pertaniannya saat ini. Padahal, tanaman cabai saat ini menjadi primadona petani lantaran harga jual yang relatif masih cukup tinggi terlebih menjelang pelaksanaan ibadah puasa.
Ketua Kelompok Tani Ciptarasa VI Desa Cikubang, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya, Jajang mengatakan dalam sebulan kebelakang kelompok taninya bisa menghasilkan tiga ton cabai berupa cabai TW dengan harga jual mencapai 50 ribu rupiah perkilogram dan cabai keriting dengan harga 16 ribu per kilogramnya. Meski terbilang menguntungkan, petani mengalami kesulitan menjaga tanamannya mengingat ancaman dua hama tersebut.
“Kalau hama bekicot sebenarnya gampang, tinggal kami mau keluar malam hari saja dan memungutinya sendiri dikebun karena mereka keluar dan memakan tanaman cabe pada malam hari. Kalau hama virus putih pada daun cukup sulit menanganinya, makanya kami harus intensif dan menggunakan bahan-bahan khusus untuk membasminya,” katanya ketika mengunjungi pameran pertanian di Universitas Siliwangi, Jumat (12/5).
Sebagai solusi, ia menyebut dari kelompok taninya yang berjumlah 40 orang, 13 orang di antaranya intensif melakukan tanam pertanian berupa cabai dengan cara semi organik. Sehingga petani mencampurkan menggunakan pupuk kimiawi dan bahan organik. Ia memandang masih diperlukannya pupuk dan bahan kimia guna membantu membasmi hama yang menyerang tanamannya.
“Saya belum bisa sampai 100% menghilangkan kimia, namun memang dosisnya masih terus dikurangi. Karena kami masih kesulitan, formulasinya seperti apa untuk menangani berbagai ancaman hama tanaman tersebut. Meskipun sebagian telah kami temukan dan racik sendiri, di mana hasilnya memang memberikan dampak yang menggembirakan,” terangnya.