Ahad 07 May 2017 21:28 WIB

Citra Kuat Buat Islamic Book Fair Jadi Magnet Para Pengunjung

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Angga Indrawan
Penulis Buku Tere Liye memberikan paparan kepada fans pada Bedah Buku Tentang Kamu saat Islamic Book Fair 2017, Balai Sidang, Jakarta, Ahad (7/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Penulis Buku Tere Liye memberikan paparan kepada fans pada Bedah Buku Tentang Kamu saat Islamic Book Fair 2017, Balai Sidang, Jakarta, Ahad (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Citra Islamic Book Fair (IBF) yang kuat membuatnya jadi agenda tahunan umat Islam. Bagaimana tidak, IBF ini tak melulu soal buku tapi rupa-rupa hal terkait peradaban umat.

CEO Republika Penerbit Arys Hilman Nugraha menjelaskan, awalnya banyak yang khawatir IBF 2017 hanya lima hari. Tapi karena antusiasme tetap besar, Arys yakin target penerbit banyak tercapai dan lebih besar dari tahun sebelumnya.

''Brand IBF sudah kuat, pengunjungnya ada. Belum lagi dukungan sekolah Islam dan pesantren. Jadi dipindah ke manapun orang tidak masalah,'' kata Arys usai penutupan IBF 2017 di JCC, Ahad (7/5).

Target panitia 400 ribu pengunjung, dari hasil yang Republika dapat, nampaknya IBF di JCC sama ramainya dengan di Istora. Dalam lima hari ini target Republika Penerbit juga terlampaui.

Ia sempat mendapat laporan, ada biro perjalanan dari Cirebon menyediakan paket khusus ke Islamic Book Fair. ''IBF ini jadi rupa-rupa, mulai dari pameran buku, wisata edukasi, sampai tempat liburan keluarga. Alhamdulillah ini bisa berjalan baik,'' kata Arys.

Dengan lokasi baru, pengunjung yang datang juga bisa lebih tertib secara perilaku. Peradaban cakupannya luas.  Band Wali dan nasyid yang tampil di panggung IBF jadi bagian dari peradaban, tertib mengantre pun edukasi dalam peradaban.

Soal menambah hari pelaksanaan IBF, Arys mengatakan, kadang rasa kangen itu perlu. Pun soal meluaskan cakupan peserta ke luar negeri. Menurut Arys, tanpa perlu ada kata internasional pun pengunjung IBF sudah dari berbagai negara. Republika Penerbit kedatangan tamu dari Abu Dhabi yang mengajak kerja sama.

"Jadi memang sudah dari berbagai negara," kata Arys.

Dengan terbitan 30 buku baru setahun, itu sedikit dibanding jumlah penduduk Indonesia. Padahal Indonesia tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Karena itu, ia juga berharap dunia perbukuan bisa lebih baik tiap tahunnya.

Dalam sambutan penutup mewakili peserta perusahaan penerbitan, Arys mengapresiasi peserta, IKAPI DKI Jakarta, dan panitia. "Terima kasih semua. Seperti kata Kiai Ma'ruf, kalau sudah di sini, jangan mundur lagi. Allahu Akbar!," ungkap Arys.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement