REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menceritakan perasaannya saat cagub dan cawagub yang didukungnya keluar sebagai pilihan rakyat di Pilkada DKI Jakarta. Bukannya gembira ia justru merasa was-was.
"Gue malah was-was loh begitu lo menang," guyon Prabowo pada pidato sambutannya, Jumat (5/5) malam. Perasaan was-wasnya hadir, karena ia merasa dunia perpolitikan di Indonesia terkadang terasa aneh juga kejam. Kalau ingin menjadi pejabat, dikatakan, harus ikut partai politik, komitmen ini, dan janji itu.
"Pak Anies ini kan guru besar, politik Indonesia ini kan terkadang tidak diajarkan di fakultas-fakultas. Kemudian Pak Sandi juga seorang pewirausaha. Saya dulu waktu jadi pejabat, dulu ya, dulu sekali, biasanya kalau menang itu ada yang bawa ini itu," papar Prabowo.
Kekhawatiran ia muncul melihat latar Anies-Sandi yang tidak sepenuhnya berkecimpung di dunia perpolitikan Indonesia. Prabowo mensyukuri dengan kondisi Anies-Sandi yang tidak mencari kekayaan lagi lewat jabatannya. Sehingga mereka bisa sepenuhnya mengabdi kepada warga DKI Jakarta.
"Seusai perhitungan quick count, pertama Pak Anies datang ke saya, lalu kemudian Pak Sandi datang. Mereka sendiri-sendiri datang ke saya, dan tidak saya suruh. Mereka bilang ke saya, akan komitmen dan tidak akan kecewakan warga DKI. Mereka akan kerjakan semua dengan sepenuh hati mereka," ungkap Prabowo.
Karena bagi dia, kebahagiaan tertinggi seorang pemimpin adalah kecintaan pada rakyatnya. Saat dia masih menjadi seorang tentara dulu, ada satu kebiasaan istilah yang selalu diucapkan sesudah perintah dikeluarkan, rencana dipaparkan, ada kata-kata penutupnya. Yakni, instruksi sudah jelas, perintah sudah jelas, rencana sudah jelas, yang penting pelaksanaannya.
"Nah, kalau untuk Pak Anies dan Pak Sandi saya ubah sedikit ya. Kehendak rakyat sudah jelas, perintah rakyat sudah jelas, harapan rakyat sudah jelas, cita-cita rakyat sudah jelas, rencana Anda sudah jelas, janji Anda sudah jelas, yang penting pelaksanaannya," tutup dia.