REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) prihatin atas terjadinya kasus aksi brutal konvoi pelajar di Klaten, Jawa Tengah. FSGI juga menyampaikan duka mendalam kepada keluarga korban kekerasan peristiwa penyerangan tersebut, baik luka berat maupun ringan.
Sekretaris Jenderal FSGI Retno Listyarti mengatakan, berbagai kekerasan dalam pendidikan, baik yang terjadi di dalam sekolah maupun di luar sekolah yang terus terjadi saat ini semakin masif dan mengerikan. Untuk itu, ia mendorong pihak-pihak terkait seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, inspektorat, kepala daerah, dinas pendidikan agar tidak menyelesaikan masalah ini secara tuntas dan menyeluruh.
"Tidak meyelesaikan ini secara parsial dan seperti memadam api, tapi sebenarnya tidak menyelesaikan masalah sehingga kejadian serupa terus berulang, bahkan semakin masif," katanya, Kamis (4/5).
Menurutnya, ini saatnya menerjemahkan revolusi mental dan penguatan pendidikan karakter dalam wujud yang aplikatif, mudah dipahami, melibatkan banyak pihak untuk memberikan konstribusi pemikirannya, dan menyelesaikan langsung ke jantung masalahnya.
Retno mengatakan kepala sekolah dan birokrat pendidikan di seluruh Indonesia harus dipersiapkan, dilatih dan dibekali kemampuan mencegah dan mengatasi kekerasan di berbagai sekolah karena semakin masif.
"Karena selama ini cara mengatasinya adalah dengan mengeluarkan pelaku dan memindahkan ke sekolah lain, akibatnya pelaku tidak dibina utuk berubah tapi pelaku justru menularkan virus kekerasan di sekolah barunya. Akibatnya kekerasan semakin masif," jelasnya.
Sekolah, kata dia, harus membangun hubungan baik dengan orangtua siswa agar dapat bersinergi mencegah dan mengatasi berbagai bentuk kekerasan yang mungkin terjadi di pendidikan. Menurut Retno,kekerasan dalam bentuk dan tujuan apapun semestinya tidak terjadi lagi di pendidikan.
Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk peserta didik. Di sisi lain dia melihat Undang-Undang Perlindungan Anak perlu disosialisasikan kepada guru, kepala sekolah, pengawas, birokrat pendidikan dan peserta didik, termasuk ancaman pidana yang mungkin dihadapi akibat tindakan kekerasan tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Selasa (2/5) SMAN 1 Karangnongko melaksanakan pengumuman hasil ujian siswa. Setelah kegiatan tersebut siswa belum juga pulang kerumah tetapi masih ada yang kumpul-kumpul secara bergerombolan di Jalan raya depan SMAN 1 Karangnongko.
Tanpa diduga dari arah Klaten menuju Kemalang (Jalan Delea Indah) muncul segerombolan pelajar dari SMU wilayah Kecamatan Prambanan dan Jogja mengendarai sepeda motor. Pada saat di depan SMAN 1 Karangnongko tiba-tiba gerombolan pelajar tersebut dengan membabi buta menyerang warga dan pelajar yang berada di pinggir jalan depan SMAN 1 Karangnongko dengan menggunakan senjata tajam berbagai jenis.
Akibatnya lima orang luka berat karena tertusuk benda tajam dan 11 lainnya mengalami luka ringan. Berdasarkan informasi yang didapat FSGI, sejumlah siswa tersebut tidak hanya melukai sejulah orang tetapi juga melakukan perusakan di beberapa tempat, di antaranya terjadi di sebuah warnet daerah Bendo Gantungan dan bengkel sepeda motor di Kebon Arum.