REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil akan melakukan survei elektabilitas setelah Lebaran 2017 terkait persiapanya maju sebagai calon gubernur Jawa Barat.
"Saya ingin tahu, apakah isu rame-rame yang bully-bully saya ini pengaruh, apakah hasil sosialisasi ini pengaruh dan seterusnya," ujar Emil kepada wartawan usai Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Balai Kota, Selasa (2/5).
Emil mengatakan, sebelumnya ia kerap disebut sebagai seseorang yang haus kekuasaan. "Saya bilang, kalau haus kekuasaan pastilah saya pilih betarung di Jakarta meninggalkan Bandung," katanya.
Terkait informasi yang menyebutkan dirinya meninggalkan partai pendukung terhahulunya, Emil membantah. Yang ada adalah dua partai sebelumnya mensyaratkan hal tertentu untuk pencalonanya.
"Tidak meninggalkan, dulu juga komunikasi cuma partai itu. Misalkan Gerindra mensyaratkan saya jadi kadernya, PKS mendahulukan kadernya," katanya.
Kedua situasi tersebut disebut tidak ideal untuk dirinya. Karena itu Emil memutuskan pergi ke tempat yang lain.
"Ternyata Nasdem mau ya, begitu. Jadi kalau ada yang bilang meninggalkan, saya kira keliru ya. Pertama saya tidak berpartai, dua saya bekomunikasi tapi partai pendukung terdahulu memberi syarat," kata Emil.
Emil mengatakan, Ia belum memungkinkan untuk memenuhi syarat Partai Gerindra menjadi kader partainya. "Kalau ke PKS, kan PKS mendahulukan kader. Jadi posisi memang hopeless," katanya.
Terkait kunjungan ke luar Bandung, Emil mengatakan, terkadang Ia pergi sendiri. Namun, kadang-kadang pergi bersama Nasdem. Emil menegaskan, Ia sudah siap kalau ternyata tidak jadi mencalonkan. Karena untuk maju ke Gubernur Jabar, partai pendukung harus memiliki 20 kursi. Sementara Nasdem, cuma memiliki 5 kursi.
"Kalau di ujung proses tidak ada yang mau saya juga tidak akan maksa tapi orang mah harus ikhtiar," kata Emil seraya mengatakan untuk maju melalui jalur Independen pun tidak mudah karena harus ada 2,3 juta dukungan.