REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Mantan Ketua Otorita Batam, Bacharuddin Jusuf Habibie meminta seluruh pihak di Batam untuk bersatu menyelesaikan berbagai masalah bersama-sama. "Cari sama-sama jawabannya untuk kepentingan bersama-sama," kata Habibie dalam diskusi di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (28/4).
Habibie menolak menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan masyarakat dalam pertemuan itu, termasuk sengketa kewenangan antara Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Batam (dulu bernama Otorita Batam) dengan Pemkot Batam. Namun, ia mengingatkan agar seluruh warga terus berjuang bersama demi kemajuan kawasan. "Jangan kalah, jangan lelah," kata dia.
Perancang rangkaian jembatan Barelang itu juga mengingatkan tujuan awal Batam didirikan, yaitu sebagai lokomotif perekonomian Indonesia. Karena itulah, Habibie menginginkan hanya yang terbaik yang ada di kawasan itu.
"The best is just good enough," kata dia.
Hanya industri terbaik yang boleh berdiri di Batam, karenanya ia tidak pernah memikirkan pengembangan Usaha Kecil Menengah. "Tidak pikirkan UKM karena mau yang top. Mampu atau tidak," kata Presiden RI ke-3 itu.
Menurut dia, Sumber Daya Manusia yang bekerja di Batam juga merupakan yang terbaik. Untuk mendukung pertumbuhan Batam, pencetus teori balon Singapura-Batam itu mendirikan infrastruktur terbaik.
"Buat lapangan terbang paling panjang di Indonesia, mungkin terpanjang di Asia Tenggara waku itu," kata Habibie.
Ia juga merancang enam jembatan yang menghubungkan tujuh pulau untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi yang membutuhkan lebih banyak lahan. "Tidak ada jembatan yang sama," kata dia.
Di tempat yang sama, Ketua Kadin Kepri, Achmad Maruf mengeluhkan pembangunan Batam yang melenceng dari rancangan Habibie. Saat ini, Batam dilanda ketidakpastian hukum akibat berbagai kebijakan yang dibuat pimpinan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Batam yang dulu bernama Otorita Batam.
"Mulai terjadi ketidakpastian hukum di Batam dan pertentangan otonomi daerah," katanya.
Batam kini, tidak seperti dulu sewaktu masih menjadi penopang ekonomi nasional. Bahkan, saat ini pertumbuhan ekonomi Batam di bawah nasional. Batam yang dulunya adalah kawasan ekonomi bergengsi di Asia Pasifik kini hanya berada di posisi 17 tujuan investasi Indonesia. "Masyarakat miskin dan pengangguran bertambah," kata dia.