Senin 24 Apr 2017 19:14 WIB

Tabunya Pendidikan Seks Picu Tingginya Angka Pornografi

Rep: Kabul Astuti/ Red: Winda Destiana Putri
Pornografi
Pornografi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serbuan konten-konten mengandung pornografi terhadap anak sudah sangat masif, terlebih dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi. Orang tua perlu membekali diri untuk menghindarkan anak dari dampak pornografi.

Sekretaris Jenderal Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPA Indonesia) Henny Rusmiati menilai salah satu penyebab dari tingginya tingkat anak sebagai korban pornografi berkaitan dengan pola asuh orang tua. Kadang-kadang, orang tua masih tabu bicara tentang pendidikan seks pada anak.

"Kita masih tabu bicara tentang itu ke anak-anak, sehingga pada saat anak mengalami hal-hal yang terkait dengan kejahatan seksual, anak-anak tidak tahu bahwa dia adalah korban," kata Henny, kepada Republika, Senin (24/4).

Anak kerapkali tidak paham ketika ada orang asing yang menyentuh bagian-bagian tubuh vital atau alat kelaminnya. Karena itu, Henny mengatakan, sangat penting bagi orang tua untuk membekali anak-anak dengan memperkenalkan bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain atau selain orang tuanya.

Menurut Heni, orang tua perlu bersikap terbuka pada anak. Seperti halnya bagian tubuh lain yang dikenalkan secara gamblang, anak pun berhak tahu tentang alat kelaminnya. Ketika anak terpapar pornografi atau kejahatan seksual, harapannya dia sudah paham dan lebih dapat menjaga diri.

"Jadi salah satu faktor adalah bagaimana orang tua terbuka bicara tentang seks sejak dini kepada anak-anak. Sampaikan secara terbuka dengan bahasa-bahasa yang selayaknya harus anak tahu," ujar Henny.

Henny mengungkapkan, saat yang tepat untuk mengajarkan pendidikan seks kepada anak  adalah fase falik. Fase falik adalah fase kenikmatan badani anak ada di alat kelaminnya. Si kecil sudah mulai sadar dan bisa membedakan jenis kelamin laki-perempuan. Fase itu biasanya dimulai pada usia 4-5 tahun.

Pada fase falik, anak-anak biasanya juga mulai bertanya pada orang tua tentang identifikasi laki-perempuan. Saat itulah, menurut Henny, orang tua sudah mulai boleh mengenalkan pendidikan seks pada anak dengan cara-cara sederhana.

"Bicara tentang seks bukan bicara tentang hubungan laki-laki dan perempuan saja, tapi banyak sekali, bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin, peran laki-laki dan perempuan, tugas laki-laki dan perempuan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement