REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (Emil) mengakui popularitasnya masih rendah di kalangan masyarakat pedesaan. Berdasarkan hasil survei, Emil menyebut keterkenalannya di daerah masih berada di angka 65 persen.
"Di desa-desa banyak yang enggak kenal. Beda dengan Pak Deddy Mizwar yang popularitasnya sudah 97 persen," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Bandung, Rabu (19/4).
Emil mengatakan, Ia akan menyasar warga di pedesaan. Dengan cara ini, Ia yakin mampu mendongkrak popularitasnya. "Saya bergerak berdasarkan survei, yang lemah saya datangi," katanya.
Menurut Emil, Ia juga belum banyak dikenal di wilayah utara Jawa Barat. Namun, Ia merasa bersyukur karena masih ada warga daerah yang mengenalnya.
Berdasarkan sejumlah safari politiknya seperti di Cirebon, Sukabumi, dan Tasikmalaya, banyak warga yang mendukung bahkan rela bekerja terkait pengusungannya menjadi calon gubernur Jawa Barat. Relawan-relawan tersebut, sangat berharap dirinya menjadi gubernur dengan harapan bisa membawa perubahan bagi daerah mereka.
"Saya terharu, ke mana-mana, relawan banyak banget. Tidak saya setting, tapi relawan banyak," katanya.
Berdasarkan hasil safarinya ini pula, kata dia, permasalahan yang umum terjadi di masyarakat adalah menyangkut perekonomian. "Ini menjadi persoalan inti," katanya.
Jika terpilih sebagai gubernur, Emil berjanji akan membangun sesuai dengan kondisi di setiap daerah. "Kepemimpinan menyesuaikan dengan kondisi," katanya.
Sementara itu, disinggung kondisi politik di Kota Bandung jika dirinya terpilih sebagai gubernur, Emil mengaku tidak khawatir. Warga Kota Bandung tidak perlu khawatir kehilangan sosok pemimpin karena menurutnya banyak kandidat lain yang kualitasnya baik.
"Orang Bandung banyak yang pintar. Jadi tidak kesulitan mencari pemimpin," katanya.
Namun, Ia memastikan tidak akan mengizinkan istrinya maju untuk menggantikannya sebagai wali kota. Jika terpilih sebagai gubernur, Emil sangat membutuhkan sosok istri sebagai penguatnya.
Terlebih, kata dia, tugas gubernur tidaklah mudah sehingga dirinya perlu pendamping yang bisa mendukungnya.
"Tidak saya izinkan. Hidup berpasangan bukan semata-mata mengejar kepentingan pribadi," kata Emil seraya mengatakan larangan ini pun sebagai bagian dari pendidikan politik.