REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rombongan Pemuda NTB yang berdomisili di Jakarta mendatangi rumah penghina Gubernur TGH Zainul Majdi, Steven Hadisurya Sulistyo pada Sabtu (15/4), kemarin. Kedatangan mereka untuk bertabayyun dan meminta pertanggungjawaban Steven atas kata-kata rasis yang dilontarkan pada Tuan Guru Bajang.
perwakilan PPS BD, Ady Ardiansah mengatakan, kedatangan rombongan Peguyuban Pascasarjana Bima-Dompu (PPS BD), Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan (HIMMAH NW), dan Ikatan Mahasiswa Sasak (IMSAK) ini sempat ingin dihalangi. Sejumlah petugas keamanan, aparat Kepolisian dan perwakilan warga Kedoya Baru, Blok F 2/15, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat keluar menanyakan identitas dan surat mandat.
Setelah diajak negosiasi sekitar 20 menit. Rombongan ini pun diizinkan melihat langsung rumah Steven. Dari luar, gerbang di gembok, sementara suasana rumah tampak berantakan dan tak terurus.
Kepada pemuda yang datang, Kepala Keamanan kompleks, Hermanto mengatakan, rumah tersebut sudah tidak ditempati sejak 2007. Ady mengaku sangat heran dengan pengakuan kepala keamanan tersebut.
"Sebelas tahun tak ditempati pemiliknya, Hermanto juga mengaku beberapa hari ini banyak orang yang lalu lalang menanyakan alamat rumah tersebut," kata Ady.
Menurut Ady, pemuda NTB sangat kecewa dengan sikap Steven tersebut. "Niatan baik kami dibalas dengan kesombongan dan keangkuhannya," ujarnya.
Ady mengatakan, sikap tidak kooperatif Steven dan keluarganya dalam kasus ini akan membuat warga NTB semakin tersakiti dan dipermainkan. Apalagi, yang dihina itu adalah pemimpin dan simbol utama NTB. "Saya takut kalau masalah ini terus dibiarkan, warga NTB akan bergerak sendiri mencari anak ini (Steven)," katanya.
Masalah ini juga membuat warga NTB merasa tak dihargai setelah menjaga bingkai keragaman selama ini. "Untuk itu kami meminta polisi segera bergerak dan mengamankan anak itu," harapnya.
Ketum HIMMAH NW Jakarta, Alimudin mengatakan, pihaknya tidak akan berdiam diri dan duduk berpangku tangan atas kasus ini."Perlu diingat bahwa TGB itu adalah sesepuh kami, dan simbol ulama besar Islam Indonesia," katanya.
Walaupun TGB sudah memaafkan Steven, kata dia, reaksi masyarakat harus ditanggapi dengan cepat.