Sabtu 15 Apr 2017 18:40 WIB

Musa Bin Nushair, Optimisme Sang Penakluk Andalus

Arsitektur Islam Andalusia.
Foto:

Musa bin Nushair melakukan pengamatan terhadap kondisi terakhir Ifriqiyah dengan cermat dan cerdas. Lantaran kepiawaian manajerial dan militernya, ia berhasil menyelesaikan konflik dan memperluas wilayah penaklukkan hingga hampir seluruh wilayah  Afrika Utara, kecuali Ceuta.

Maka, tidaklah heran jika Ibnu Khallikan[5] mengungkapkan kepribadian Musa dengan ungkapan yang cenderung komprehensif,  “Ia seorang cerdas, berakhlak mulia, pemberani, wara’, dan penuh ketakwaan pada Allah Swt. Pasukannya tidak pernah terkalahkan sekalipun.”

Mengapa Musa tumbuh menjadi pemuda yang begitu matang? Karena ia memiliki visi yang sangat jauh, bahkan lebih jauh dari sekedar menaklukkan Ifriqiyah. Ia bertekad menjadi pelaku sejarah dari apa yang telah Utsman bin Affan katakan, "Konstantinopel hanya akan dapat ditaklukkan dari arah laut. Dan, jika kalian dapat menaklukkan Andalusia, niscaya kalian akan mendaptkan pahala yang sama dengan mereka yang menaklukkan Konstantinopel di akhir zaman."

Dari benih antusiasme serta optimismenya, Musa mampu membawa visi penaklukannya hingga ke kota-kota yang jaraknya berjauhan. Bahkan sejarah bersaksi, ia berhasil mengibarkan panji kemenangan Islam hingga ke sebrang Selat Gibraltar, Andalus. Beginilah Musa mendeklarasikan tekad dan keyakinannya. Bahkan Romawi pun menjadi target penaklukannya.

 *“Kalau sekiranya manusia mengarahkanku, sungguh aku akan mengarahkan mereka ke kota Romawi sampai aku membukanya dengan bantuan mereka kemudian Allah akan taklukkan Romawi melalui kekuatanku, insyaAllah.”* (Ibn Katsir; Al-Bidayah wan Nihayah). 

Dari Musa bin Nushair, kita berkaca bahwa kemenangan Islam terdahulu bermula dari satu kata, optimisme.  Saat optimisme kemenangan hadir dalam jiwa, ia akan mendorong sang tuan untuk bergerak, bersikap, berjalan dan berkorban untuk mewujudkan harapannya. Keyakinan yang tertanam tersebut, akan menjadikan rintangan besar menjadi kecil, kesempitan dan kerumitan menjadi mudah,  mengubah kegelapan menjadi cahaya.

Seorang mukmin seharusnya percaya bahwa ia terlahir untuk sebuah visi yang tidak kerdil. Dengan begitu geliatnya akan menggema mewarnai bumi bersama potensi yang dimilikinya. Beginilah optimisme Musa mengajarkan kita. _Wallahu a’alam._

 

 

Sumber :

●As-Sirjani, Raghib. Bangkit dan Runthnya Andalusia: jejak kejayaan peradaban Islam di Spanyol. 2013. Jakarta; Pustaka Al-Kautsar.

● Suwaidan, Tariq. Dari Puncak Andalusia. 2015. Jakarta; Zaman.

__________

[1]Semenanjung Iberia (Spanyol, Portugis)

[2]Salah satu daerah di bagian utara Iraq

[3]Salah satu kota terbesar kedua di Iraq

[4] Wilayah Afrika Utara yang mencangkup; Libya, Tunisia, Aljazair, dan Maroko (kecuali Mesir)

[5] dikutib dari kitab Wafayat Al-A’yan dalam Dari Puncak Andalusia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement