REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat tidak henti mengampanyekan gerakan mananam cabai dan bawang pada pekarangan rumah. Seruan itu menyusul digulirkannya program pemerintah berupa bantuan 10 juta benih cabai kering keriting dan rawit untuk gerakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan rumah.
Selain itu, menurut Ketua Tim Penggerak PKK provinsi Jabar Netty Heryawan, gerakan menanam tanaman holtikultura itu akan menguatkan ketahanan pangan Provinsi Jabar. Di Provinsi Jabar, sebut dia, terdapat 112 ribu hektare lahan pekarangan yang berpotensi ditanami tanami holtikultura.
Anjuran menanam tanaman holtikultura itu, sempat menjadi materi telekonferensi Gerakan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan bersama Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan sembilan provinsi lainnya, Senin (10/4). Netty melakukan telekonferensi dengan Mentan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Menurut Netty, secara nasional lahan pertanian yang ada mencapai 10 juta hectare. Sekitar 8 persen atau 800 ribu hektare di antaranya berada di Provinsi Jabar. Dari 800 ribu hektare itu, papar dia, 14 persen atau sekitar 112 ribu hektarenya merupakan pekarangan.
‘’Manfaatkanlah lahan pekarangan, minimalnya untuk memenuhi kebutuhan dapur masing-masing. Menanam di pekarangan merupakan kebiasaan leluhur kita yang harus dipertahankan,’’ ujar Netty. Dalam mengampanyekan gerakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan, pihaknya memerankan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga dan bagian dari masyarakat.
Kata dia, di Provinsi Jabar terdapat 624 ribu kader PKK yang juga dikerahkan untuk menggelorakan gerakan gerakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Jika gerakan ini masif, dia meyakini bisa berdampak signifkan dalam upaya menjamin stabilitas pangan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar Dody Firman Nugraha menambahkan, gerakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan menjadi pembelajaran bagi masyarakat. Dia berharap masyarakat bisa memanfaatkan potensi di lingkungannya masing-masing.
‘’Mulai kita kurangi ketergantungan kepada pasar. Dengan demikian, tidak akan lagi terjadi fluktuasi harga cabai yang sempat mencapai Rp 150 ribu per Kilogram,’’ katanya. Dengan gerakan ini, tutur Dody, harga komoditas cabai dan bawang bisa lebih terjaga.
Kata Dody, Alhamdulillah setelah gerakan tersebut bergulir selama empat bulan, harga cabai mulai turun dari yang sebelumnya menembus Rp 150 ribu per Kg, kini di kisaran Rp 100 ribu. Di tingkat petani, harga cabai sekitar Rp 45 ribu hingga Rp 85 ribu.
Pihaknya optimistis, tak menutup kemungkinan harga cabai akan kembali normal di kisaran Rp 30 ribu - Rp 40 ribu jika program terus digulirkan. Ketika pasokan berlimpah dan ketergantungan masyarakat terhadap pasar berkurang, maka harga cabai akan turun.