Ahad 09 Apr 2017 12:03 WIB

IPW: Lima Fenomena Muncul dari Serangan Teroris Tuban

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah petugas Gegana Polda Jawa Timur memeriksa mobil terduga teroris di jalan Pantura di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4).
Foto: Antara
Sejumlah petugas Gegana Polda Jawa Timur memeriksa mobil terduga teroris di jalan Pantura di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi penyerangan terhadap polisi di Tuban Jawa Timur dinilai menjadi bukti bahwa kelompok teroris di Indonesia semakin nekat. Untuk itu, Polri disarankan perlu mencermati fenomena tersebut agar polisi di jajaran bawah tidak terus menjadi korban serangan balas dendam para teroris.

Indonesia Police Watch (IPW) menilai ada lima fenomena yang muncul dari serangan teroris di Tuban. "Pertama, meski tidak profesional dan sangat tidak terlatih, para teroris nekat berangkat dari Semarang menuju Tuban dan melakukan serangan kepada polisi yang sedang bertugas di lapangan," ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Ahad (8/4).

Kedua, dari barang barang yang disita di mobil pelaku terlihat bahwa logistik atau amunisi yang mereka miliki cukup banyak sehingga patut menjadi pertanyaan siapa yang memasok amunisi tersebut. Ketiga, rasa setia kawan dan kepatuhan para teroris terhadap atasannya sangat tinggi sehingga rela mengorbankan nyawanya untuk melakukan serangan balas dendam hanya karena temannya ditangkap polisi, padahal mereka sendiri tidak mumpuni dalam menggunakan senjata api. "Terbukti tembakannya tidak satu pun mengenai sasaran," ucap dia.

Keempat, polisi perlu menelusuri apakah benar para pelaku adalah bagian dari keluarga besar teroris yang sebelumnya sudah tewas dalam berbagai penangkapan yang dilakukan polisi di berbagai tempat beberapa waktu lalu. Kelima, serangan teroris kali ini dilakukan dalam kelompok besar. "Yakni enam anggota teroris melakukan serangan dengan menembak ke arah polisi yang berjaga di Pos Black Spot Sat Lantas Res Tuban," ucap dia.

Beruntung, kata Neta, kedua polisi yang ada di tempat itu tidak terkena tembakan para teroris. Serangan dalam kelompok besar itu patut dicermati. Apalagi mereka lakukan pascapolisi menangkap Zainal Anshori, pimpinan jaringan JAD di Lamongan.

Sementara pelaku penyerangan diduga jaringan JAD wilayah Semarang yang diketuai oleh Fauzan Mubarok. "Solidaritas jaringan ini patut dicermati agar tidak menjadi ancaman serius ke depan," kata dia. Terlepas dari hal itu IPW memberi apresiasi dengan cara kerja Polri yang bekerja cepat melumpuhkan serangan teroris tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement