Selasa 04 Apr 2017 09:29 WIB

Cerita Gito, Relawan Dompet Dhuafa di Lokasi Longsor Ponorogo

Rep: Andrian Saputra/ Red: Andi Nur Aminah
Tim SAR gabungan membawa jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Tim SAR gabungan membawa jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO --- Bencana longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo menggerakan hati nurani setiap orang. Sejak bencana itu terjadi pada Sabtu (1/4) pagi, ratusan relawan datang dari berbagai penjuru daerah untuk ikut terlibat, bergabung bersama tim tanggap darurat dari BPBD Kabupaten Ponorogo, Basarnas, Polri dan TNI. 

Salah satunya adalah Gito (25 tahun). Gito adalah satu relawan yang bergabung bersama tim rescue Dompet Dhuafa. Sejak mendapatkan informasi tentang bencana longsor itu, Gito terpanggil. Nuraninya tergerak untuk datang ke Ponorogo. 

Saat longsor terjadi, Gito sedang berada di Kalimantan. Baginya, waktu menjadi sangat berharga terlebih untuk warga Banaran, yang menanti kabar keluarganya yang hilang sejak bencana terjadi. "Saya pamit sama Keluarga, ingin ke Ponorogo. Tak ada banyak waktu, saya tiba di Ponorogo Senin, sudah hari ketiga pascabencana, saya harus terjun langsung ke lokasi," tuturnya saat berbincang santai dengan Republika.co.id pada Selasa (4/4) pagi. 

Dia pun bergabung dengan tim tanggap bencana Dompet Dhuafa. Gito menjadi anggota tim rescue DD yang diandalkan untuk mencari korban yang tertimbun tanah longsor khususnya di sektor C. 

Meski DD sudah menyediakan perlengkapan komplit untuk tim rescue, tetapi, Gito tetap siap siaga. Dia pun membawa perlengkapan sendiri, khususnya obat-obatan untuk tim relawan lain dan warga setempat. 

Menjadi tim rescue dalam bencana alam, bukan kali pertama baginya. Bahkan saat bencana longsor di Banjarnegara yang terjadi tahun lalu, dia pun ambil bagian, berperan total mencari korban. Begitupun dengan bencana longsor Banaran, Gito total membantu. Dengan peralatan seperti cangkul dan linggis, Gito membantu semampunya mencari korban.

"Alhamdulillah, kemarin di sektor C saya dan teman-teman menemukan tiga motor yang tertimbun, selang itu jenazah Sunadi di temukan, kami gotong," ungkapnya menceritakan pengalaman hari pertamanya saat melakukan evakuasi bencana longsor Banaran, Ponorogo. 

Sempat mengenyam bangku kuliah di bidang Kesehatan, menjadi bekal berharga bagi Gito. Ilmunya dapat bermanfaat saat dia berada di lokasi pencarian. "Saat semua fokus pada pecarian, tim tidak membawa obat-obat di lapangan. "Kalau saya masih penasaran kalau belum temukan mayat," tuturnya. 

Sementara itu, proses pencarian korban bencana longsor di desa Banaran Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo dilanjutkan pada Selasa (4/4). Dari 28 korban yang dinyatakan hilang, baru tiga korban yang berhasil ditemukan. Ketiganya ditemukan sudah tak bernyawa, tertimbun tanah longsor. Mereka adalah Katemi (65 tahun), Danu Setiawan (28 tahun) dan Sunadi (40 tahun). Sementara itu, korban selamat sebanyak 200 jiwa masih berada di posko pengungsian di Kelurahan Banaran. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement