Senin 03 Apr 2017 21:16 WIB

Cerita Haru Warga Dusun Tangkil Saat Longsor Ponorogo Terjadi

Rep: Andrian Saputra/ Red: M.Iqbal
 Tim SAR gabungan mencari jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Tim SAR gabungan mencari jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Masih lekat diingatan Dwi Ariska (18 tahun) suasana detik-detik jatuhnya tanah Bukit Gede pada Sabtu (1/4) pagi itu. Kala itu, Dwi memang tak berada di rumahnya di Dusun Tangkil.

Sebab, sudah dua pekan lebih dia mengungsi ke rumah saudaranya yang tinggal jauh dari Bukit Gede. Dwi mengungsi bersama bayi kecilnya yang berumur tiga bulan beserta suaminya Sumaryono (23 tahun). 

Hanya, suaminya itu, yang tiap pagi memutuskan untuk turun kembali ke Dusun Tangkil bawah. Sebab, Sumaryono mempunyai kebun jahe yang siap panen.

Letaknya persis di bawah Bukit Gede. Hari-hari biasanya, jelas Dwi, sang suami berangkat berkebun sekitar pukul delapan pagi. Tapi hari itu, Sumaryono begitu bersemangat untuk pergi berkebun lebih dini.

"Pagi sekitar pukul enam itu, suami saya pamitan mau berangkat. Kok pagi-pagi sekali, sampai kopi juga tidak diminum, tidak sarapan juga langsung berangkat saja. Tapi hati saya tuh tak enak, seperti enggak rela ditinggal sendiri," tutur Dwi saat ditemui Republika, Ahad (2/4). 

Sekitar pukul delapan, Dwi sambil menggendong bayinya melihat bukit Gede dari rumah saudaranya di dusun tangkil atas. Dia memandangi bukit yang sudah mengalami retak-retak itu beberapa saat.

Setelah itu, dia mengalihkan pandangannya ke pemukiman Dusun Tangkil bawah, di mana terdapat rumah yang sudah ditinggalkan selama dua pekan. Beberapa saat kemudian, Dwi menyaksikan tanah Bukit Gede runtuh.

Dia pun panik saat itu. Apalagi suaminya berada di kebun jahe, di bawah tebing itu.

Hingga saat ini, Dwi belum menemukan kabar tentang keberadaan suaminya. Sumaryono menjadi salah satu korban yang masih terus dicari tim gabungan evakuasi bencana longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo. 

Begitupun dengan Sumarwin (28 tahun) yang kehilangan suaminya Sujati (38 tahun) saat bencana longsor itu terjadi. Sumarwin mengisahkan, saat kejadian dia baru saja setengah perjalanan mengantar anaknya berangkat sekolah.

Sementara suaminya sejak pagi sudah pamit berangkat berkebun. Di tengah perjalanan, Sumarwin berhenti setelah mendengar bunyi gemuruh. Hanya dalam hitungan detik saja, kata dia rumah dan perkebunan jahe di Dusun Tangkil rata, tertimbun oleh tanah. 

"Awalnya memang sudah retak tanahnya, makannya saya kalau malam ngungsi ke atas. Tidak tahu secepat itu tanahnya mau longsor, perkiraannya kan masih jauh," kata Sumarwin. 

Sabtu (1/4) pagi, sekitar pukul delapan, bencana longsor itu datang. Bergemuruh, tanah Bukit Gede runtuh, menimbun warga yang tengah beraktifitas di perkebunan, menghancurkan semua pemukiman Dusun Tangkil.

Material Bukit Gede tak hanya melumat pemukiman warga Dusun Tangkil. Hanya sekejap, material juga melumat Dusun Krajan yang berada di bawah Dusun Tangkil. 

Pascabencana itu, 28 orang dinyatakan hilang, 28 rumah tertimbun longsor. Hingga kemarin, proses pencarian korban masih dilakukan oleh tim gabungan dari berbagai instansi dan relawan. Sebanyak tiga jenazah korban telah ditemukan. Mereka pun telah dikuburkan tak jauh dari lokasi penemuan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement