Senin 03 Apr 2017 15:17 WIB

Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Penggerek Buah Kakao

 Petani menjemur biji kakao hasil panen di perkebunan Gambiran, Bunder, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, Sabtu (1/10).
Foto: Republika/ Musiron
Petani menjemur biji kakao hasil panen di perkebunan Gambiran, Bunder, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, Sabtu (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga dunia. Jika dihitung dari luas areal pertanaman kakao nasional, sebenarnya Indonesia mampu menjadi yang pertama.

"Akan tetapi produksi dan produktivitas kakao kita masih jauh tertinggal oleh Pantai Gading dan Ghana. Salah satu penyebabnya adalah akibat adanya serangan hama penggerek buah kakao (pbk)," ujar Fadjry Djufry, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Kementerian Pertanian.

Rata-rata serangan PBK di sentra produksi kakao nasional mencapai lebih dari 90 persen sehingga menyebabkan kehilangan hasil mencapai 64,9 hingga 82,2 persen.

Mengingat semakin luasnya penyebaran hama PBK dan besarnya keruian yang ditimbulkan, maka perlu segera diupayakan metode penanggulangan yang efektif dan efisien.

"Pengendalian hama ini tidak mungkin hanya mengandalkan satu teknologi pengendalian, tetapi harus dilaksanakan dalam satu paket teknologi pengendalian terpadu (PHT)," kata Djufry.

Djufry menjelaskan, PHT merupakan teknologi pengendalian hama yang didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian yang kompatibel antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomik tidak merugikan serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani.

"Oleh karena itu, teknologi pengendalian PBK harus dilakukan secara terpadu berbasis pada aspek bioekologisnya di lapang," kata dia.

Berikut beberapa teknlogi pengendalian terpadu PBK:

1. Penanaman atau sambung samping dengan klon ICCRI 07 dan Sulawesi 03 yang terbukti tahan PBK untuk kegiatan peremajaan dan rehabilitasi kebun kakao rakat di wilayah endemik PBK.

2. Melakukan pemupukan berimbang dengan memadukan pupuk kimia dan pupuk organik yang memanfaatkan serasah daun kakao, buah kakao terinfeksi hama dan penyakit, kulit kakao, dan limbah perkebunan kakao lainnya.

3. Melakukan pemangkasan secara periodik. Hal ini dilakukan mengingat bahwa salah satu kelemahan imago PBK adalah tidak menyukai sinar matahari langsung sehingga bila dilakukan pemangkasan yang teratur akan dapat menekan populasi hama. Di samping itu, pemangkasan bentuk pohon kakao dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 3–4 meter akan memudahkan saat pengendalian dan panen.

4. Melakukan panen sering pada saat buah masak awal dengan rotasi 1 minggu. Kegiatan panen ini harus segera diikuti dengan pemecahan buah pada hari itu juga, kemudian kulit buah dikumpulkan dan dibenamkan ke dalam tanah serta ditimbun tanah setebal 20 cm. Kegiatan ini akan secara signifikan dapat memutus siklus hidup dari PBK.

5. Melakukan sanitasi kebun dengan cara membersihkan areal kebun dari daun-daun kering, tanaman tidak sehat, ranting kering, kulit buah maupun gulma yang berada di sekitar tanaman. Kondisi lingkungan yang bersih ini tidak sesuai dengan lingkungan untuk berkembangnya hama PBK.

6. Melakukan penyarungan buah muda berukuran 5–8 cm dengan plastik. Teknik penyarungan buah ini sangat efektif dan efisien apabila dilakukan pada tanaman kakao yang pohonnya masih pendek atau pohon kakao hasil sambung samping. Kantong plastik yang digunakan dapat menggunakan bekas mie instan atau bungkus makanan lainnya.

Teknisnya sangat mudah, yaitu dengan cara mengikatkan ujung bagian atas dari kantong plastik pada tangkai buah dan bagian ujung bawah dari buah dibiarkan tetap terbuka. Dengan penyelubungan buah tersebut, imago betina tidak bisa meletakkan telur pada kulit buah sehingga buah akan terhindar dari serangan PBK.

7. Memelihara predator PBK berupa semut hitam (Dolichoderus thoracicus). Semut ini juga telah terbukti mampu mengendalikan hama Helopeltis spp. Cara yang paling mudah untuk memelihara semut hitam adalah dengan meletakkan sarang semut yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun kakao, kemudian diberi larutan gula merah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement