Rabu 29 Mar 2017 07:38 WIB

Aksi 313, Yenny Wahid: Wajar-Wajar Saja

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Yenny Wahid
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Yenny Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Umat Islam (FUI) akan menggelar Aksi 313, Jumat (31/3) mendatang. Mereka akan kembali menuntut Presiden Joko Widodo memberhentikan Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) seperti pada saat Aksi 212. 

Menanggapi hal itu, salah satu putri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid mengatakan bahwa kebebasan menyatakan pendapat di muka umum sudah diatur dalam undang-undang. 

Karena itu, ia memaklumi jika sebagian umat Islam akan melakukan aksi tersebut. "Jika tidak sampai mengganggu ketertiban umum, tidak menganggu produktifitas ekonomi dan sosial, saya rasa ya wajar-wajar saja, tidak masalah," ujar Yenny saat ditemui di Jakarta belum lama ini.

Direktur Eksekutif Wahid Institute tersebut mempersilakan jika umat Islam akan mengikuti aksi tersebut untuk berekspresi. Namun, dia mengatakan jika aksi tersebut justru berefek negatif sebaiknya tak dilakukan.

"Namun kalau kemudian berefeknya negatif di tengah masyarakat lebih baik tidak usah dilakukan, kalau saya seperti itu. Kan saat ini suasananya sudah lebih kondusif lagi. Jadi lebih baik kita pertahankan suasana yang sudah tenang ini," ucapnya.

Seperti diketahui, rencananya aksi tersebut akan dimulai dengan shalat Jumat berjamaah di Istiqlal, lalu melakukan long march ke Monas dan depan Istana Negara. Menurut Yenny, Masjid Istiqlal merupakan tempat ibadah umat Islam sehingga wajar menggelar aksi di sana dan melaksanakan shalat Jumat. Namun, ia mengimbau agar masyarakat tak mencampur adukkan antara ibadah dan politik.

"Kalau saya sih, kalau mau shalat itu niatnya adalah khusus untuk ibadah. Kalau sampai kemudian dicampur-campur shalat itu kemudian dipakai sebagai alat politik ya ini kembali lagi menjadi sebuah upaya untuk mendangkalkan agama," kata Yenny.

Yenny mengaku prihatin jika ada orang yang membawa-bawa isu agama menjadi isu politik. Karena, menurut dia, hal itu dapat menjadikan agama seakan-akan dangkal, padahal tidak. "Jangan membawa-bawa agama menjadi isu politik. Karena agama itu mulia, agama itu sakral," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement